×
Maulana Thariq Prajaduta Sutikno. H0419050. 2023. Dampak Wisata Pedesaan Terhadap Kehidupan Masyarakat Desa (Studi Kasus di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten). Dibimbing oleh Ir. Widiyanto, SP., M.Si., Ph.D, dan Dr. Ir. Agung Wibowo, S.P., M.Si., Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wisata pedesaan memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat desa sekitar lokasi atau lingkungan destinasi wisata. Wisata pedesaan yang berkembang menjadi tren tersendiri dengan wisata yang berada di desa dari potensi alam yang ada. Adanya wisata dapat berpengaruh menjadi dampak positif maupun negatif pada kehidupan masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji serta menemukan hal baru terkait dampak wisata pedesaan di Kecamatan Polanharjo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan wisata pedesaan dan dampaknya pada kehidupan serta keberlajutan nafkah masyarakat desa. Adanya atrasi, aksebilitas dan amenitas dalam pengelolaan wisata akan menimbulkan dampak baik ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Analisis dimulai dengan mencari tahu wisata pedesaan dan kontribusi masyarakat dalam wisata tersebut. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari berbagai faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan wisata pedesaan di Kecamatan Polanharjo dipengaruhi oleh faktor ekologi, struktural, dan kultural yang bersinergi menjadi daya tarik wisata. Adanya potensi alam berupa umbul dengan pengelolaan oleh manajemen khusus atau kelembagaan wisata seperti BUMDes, pokdarwis, karang taruna serta masyarakat lokal sebagai pelaku wisata dan penerima manfaat dari aktivitas wisata pedesaan yang disuguhkan. Hal tersebut di dapatkan dari potensi alam berupa sumber mata air atau umbul yang dikembangan. Daya tarik wisata di Kecamatan Polanharjo dikenal luas oleh umum sebagai wisata air. Tidak hanya potensi umbul, wisata bekembang menjadi beberapa alternatif wisata buatan seperti outbound, river tubing, pemancingan, resto cafe, wisata kuliner bahkan sebagai tempat pertemuan, wedding, dan event tertentu yang dipadukan dengan potensi wisata air sebagai daya tarik. Penerapan teknologi seperti aplikasi untuk update pengunjung langsung ke sistem, reservasi online, dan pemasaran melalui media sosial.
Peran stakeholder yaitu pemerintah sebagai stakeholder kunci yang mendukung dan memfasilitasi implementasi kebijakan terkait keberjalanan wisata, pihak swasta dan wisatawan sebagai stakeholder pendukung dalam terselenggaranya wisata sebagai sumber pedapatan masyarakat lokal maupun pendapatan asli daerah (PAD) dari pengelolaan oleh masyarakat melalui BUMDes, pokdarwis, karang taruna. Masyarakat lokal yang berkecimpung di dalam wisata termasuk sebagai stakeholder primer yang terlibat secara langsung dalam tahap pengembangan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengambilan manfaat. Keberjalanan wisata akan menimbulkan dampak terhadap tiga aspek antara lain; ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dampak wisata terhadap masyarakat secara ekonomi terserapnya tenaga kerja lokal, membuka lahan parkir, jasa, persewaan, dan UMKM. Dampak sosial semakin erat jiwa kebersamaan dan gotong royong terlebih dengan wisata yang dikelola oleh kelompok masyarakat
maupun antar pengelola wisata, selain itu kecemburuan sosial antara masyarakat bahkan pengelola wisata kadang terjadi. Dampak lingkungan adanya kebersihan secara rutin dengan sanitasi umbul, sanitasi sungai dan pengelolaan sampah di sekitar wisata, selain itu adaya wisata baru menimbulkan keresahan masyarakat karena pembangunan wisata baru oleh investor luar semakin masif dan pengeboran sumur untuk kebutuhan wisata air mereka. Hal tersebut berpotensi menimbulkan
konflik dalam waktu kedepan jika tidak ada pengawasan lebih lanjut.
Keberlanjutan nafkah masyarakat dalam mepertahankan sumber nafkah melalui beberapa strategi dengan terserapnya tenaga kerja lokal di objek wisata, bergabung atau membuka UMKM kuliner di lingkungan wisata. Sebagian masyarakat beralih pekerjaan dari sektor non wisata ke sektor wisata karena melihat prospek wisata yang cukup baik. Pada sebagian masyarakat memilih sektor wisata menjadi pekerjaan sampingan dari pekerjaan utama. Hal tersebut merupakan upaya masyarakat dalam memanfaatkan peluang untuk mendapatakan tambahan penghasilan. Pemanfaatan melalui aset nafkah seperti umbul, sungai, potensi air yang melimpah sebagai modal alam, sarana produksi yang terbatas pada modal fisik, pendapatan di dalam dan luar sektor wisata pada modal finansial, kegiatan sosial meningkat pada modal sosial. Melalui daya tarik pada modal alam yang dapat di manfaatkan untuk meningkatkan pendapatan dari datangnya wisatawan. Strategi nafkah masyarakat dengan pendapatan langsung dari wisata dengan membuka objek wisata, membuka lahan parkir, persewaan, homestay, membuka UMKM. Sumber pendapatan dalam wisata sebagai tenga kerja wisata. Sumber pendapatan diluar wisata dengan bekerja di luar sektor wisata.