×
Jalanan di perkotaan yang semakin padat mengakibatkan hadirnya pengatur lalu lintas dadakan yang bersumber dari masyarakat setempat. "Pak Ogah" adalah sebutan dari mereka yang melakukan pengaturan lalu lintas di persimpangan perkotaan. Selain Pak Ogah ada juga yang menyebut mereka SUPELTAS, itu dikarenakan rompi yang mereka pakai tertulis demikian. Namun baik Pak Ogah maupun SUPELTAS sama sama mempunyai fungsi pengaturan Lalu Lintas. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan Teori Struktural Fungsional (AGIL) oleh Talcott Parson. Penelitian dilaksanakan di beberapa persimpangan yang tersebar di beberapa titik di Kota Surakarta. Data primer berupa wawancara, dan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, jurnal ilmiah, artikel-artikel. Pengujian validitas (keabsahan) data pada penelian ini menggunakan teknik triangulasi. Setelah mendalami tentang Pak Ogah ternyata di Kota Surakarta sendiri sudah ada sebuah organisasi yang menaungi sebagian orang yang melakukan perbantuan pengaturan lalu lintas. Organisasi itu adalah Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas atau biasa disebut dengan SUPELTAS. Organisasi ini dibentuk secara legal dan bekerjasama dengan pihak kepolisian khususnya dari Satuan Lalu Lintas (SATLANTAS). Namun, tidak semua Pak Ogah yang ikut mengatur lalu lintas adalah anggota SUPELTAS. Dampak dari adanya SUPELTAS bagi Masyarakat adalah memberikan ketertiban dalam berlalu lintas. Dampak adanya SUPELTAS bagi kepolisian adalah membantu proses penertiban di jalanan kota Surakarta. Dampak bagi SUPELTAS sendiri adalah memberikan dampak ekonomi yang baik bagi para anggotanya. Kedepannya perlu ada kerjasama yang lebih baik lagi antara SUPELTAS dan SATLANTAS. Kepedulian yang nyata dari Pemerintah Kota Surakarta harusnya perlu segera dilakukan mengingat kontribusi dari SUPELTAS bagi Masyarakat.