Patriarki merupakan budaya yang ada di Indonesia, budaya patriarki memunculkan
berbagai penyimpangan. Penyimpangan dari budaya patriari ini menyebabkan
kesenjangan gender, serta menimbulkan pemikiran laki-laki lebih superior daripada
perempuan. Budaya patriarki melahirkan sifat toxic masculinity pada laki-laki.
Toxic masculinity merupakan budaya yang berkembang tentang laki-laki tidak
mengerjakan pekerjaan domestic seperti pekerjaan rumah tangga atau mengasuh
anak. Toxic masculinity yang melekat pada ayah membuat mereka berpikiran
bahwa mengasuh anak hanya dilakukan oleh seorang ibu saja, sehingga peran ayah
kurang maksimal. Anak yang memiliki ayah toxic masculinity kehilangan figure
ayah, ketika figur ayah tidak optimal maka akan berdampak pada
perkembangannya. Kunci pengasuhan adalah kedekatan atau secure attachment
ayah dan anak, sedangkan ayah yang memiliki toxic masculinity jarang atau tidak
pernah ikut mengasuh, sehingga susah untuk memiliki secure attachment dengan
anak. Penelitian ini dikaji untuk menguji adakah hubungan antara toxic masculinity
terhadap secure attachment ayah dan anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif korelasi. Uji hipotesis dengan menggunakan
SPSS 22 for windows dengan taraf signifikan 0,005. Uji hipotesis korelasi
menghasilkan -0,939 dengan kategori korelasi hampir sempurna dan negatif.
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, maka terdapat hubungan antara toxic
masculinity terhadap secure attachment ayah dan anak usia 5-6 tahun.