Penulis Utama : Nurul Aini
NIM / NIP : T111908017
×

Nurul Aini, T111908017. Strategi Kesantunan dalam Rosi Talk Show dengan Tema Penundaan Pemilu 2024 dan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden dengan Perspektif Gender. Disertasi Doktor. Promotor: Prof. Dr. Djatmika, M.A., Ko-Promotor I: Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Ko-Promotor II: Prof. Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. Program Studi S3 Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Penelitian ini mengkaji tuturan kesantunan seputar wacana penundaan pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden pada Rosi talk show dengan pendekatan pragmatik yang bertujuan: (1) mengklasifikasikan substansi  dalam setiap segmen Rosi talk show; (2) mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan partisipan Rosi talk show; (3) mengklasifikasikan strategi kesantunan yang digunakan partisipan Rosi talk show; (4) mengeksplorasi perbandingan penggunaan strategi kesantunan berdasarkan sikap partisipan terhadap wacana penundaan pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden; (5) menginterpretasikan alasan perbedaan pengggunaan strategi kesantunan pada setiap substansi Rosi talk show; dan (6) menjabarkan perbedaan perilaku pragmatik partisipan laki-laki dan perempuan dalam menggunakan strategi kesantunan.
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus terpancang pada kasus wacana penundaan pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden di Rosi talk show dengan empat subunit analisis yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya pada Santosa (2021). Data penelitian ini mencakup semua bentuk tuturan partisipan talk show yang mengandung unsur penggunaan strategi kesantunan. Bentuk tuturan partisipan dikaji menggunakan konsep tindak tutur Searle (1975), strategi kesantunan dengan konsep Brown dan Levinson (1987) yang berkaitan dengan konsep kesantunan dengan perspektif gender Lakoff (1973), Mills (2003), dan Holmes (2013).
Hasil penelitian ini melaporkan beberapa hal. Pertama, substansi pembahasan dalam Rosi talk show terdiri dari tahap pembukaan dan penyapaan, tahap inti diskusi, tahap pengambilan kesimpulan, dan tahap penutup untuk menentukan tingkat imposisi ucapan partisipan. Kedua, tindak tutur dalam Rosi talk show yaitu tindak tutur asertif (TTA), tindak tutur direktif (TTD), tindak tutur ekspresif (TTE) dan tindak tutur komisif (TTK). Tindak tutur yang mendominasi pada tuturan partisipan Rosi talk show adalah TTD fungsi bertanya dan TTA fungsi menyatakan pendapat. Temuan lain, peneliti tidak menemukan penggunaan tindak tutur deklaratif (TTDK) baik pada RTS1 maupun RTS2.   
Ketiga, penggunaan strategi kesantunan yang direalisasikan dengan empat tindak tutur pada Rosi talk show, yaitu strategi kesantunan bald on record (SK BoR), SK Positif substrategi (1), (4), (5), (6), (12), dan (15), serta SK Negatif substrategi (2), (4), (5) dan (6) dengan TTA, TTD, TTE, dan TTK pada RTS1 dan RTS2. Strategi kesantunan dan tindak tutur yang mendominasi adalah penggunaan SK BoR, SK Positif substrategi (4) dan (12), serta SK Negatif substrategi (2) serta (5) dengan TTD fungsi bertanya.
Keempat, perbandingan penggunaan strategi kesantunan dan tindak tutur dengan perspektif gender berdasarkan sikap partisipan terhadap wacana penundaan pemilu 2024 berbanding lurus dengan keadaan yang menunjukkan bahwa SK BoR dengan TTD oleh praktisi perempuan (M) kepada politisi laki-laki (P2) dengan alasan sikap mitra tutur yang mendukung wacana penundaan pemilu; SK Negatif dengan TTD oleh praktisi perempuan (M) kepada akademisi laki-laki dengan alasan subtema bahasan pada setiap sesi diskusi; SK Negatif substrategi (5) dengan TTD, TTA dan TTE oleh politisi perempuan kepada pendidik laki-laki dengan alasan menunjukkan kekesalan dan menyembunyikan kekecewaan; SK Negatif substrategi (2) dengan TTA oleh akademisi, politisi dan praktisi laki-laki dan perempuan dengan alasan melindungi citra diri.
Kelima, alasan perbedaan penggunaan strategi kesantunan dan tindak tutur dengan perspektif gender pada setiap substansi berdasarkan sikap partisipan terhadap penundaan pemilu 2024 untuk menunjukkan kekesalan, menyembunyikan kekecewaan, pembangunan hubungan, menyamakan persepsi, menegaskan sikap, menuntut bukti, menghindari konflik, melindungi citra diri, mempertahankan asumsi, dan mengalihkan tema diskusi. Alasan menegaskan sikap paling mendominasi pada penggunaan SK BoR dengan TTD; alasan pembangunan hubungan, menyamakan persepsi dan mengalihkan tema diskusi paling mendominasi pada penggunaan SK Positif dengan TTA; serta alasan menjaga citra diri dan menyembunyikan kekecewaan paling mendominasi pada penggunaan SK Negatif dengan TTA. Alasan lainnya seperti meyakinkan MT, kebiasaan, dan menyesuaikan dengan konteks budaya masing-masing penutur. Alasan menyesuaikan dengan konteks budaya memiliki preferensi tertinggi dibandingkan alasan lainnya.
Keenam, hasil penelitian ini juga menghasilkan pola perilaku pragmatik partisipan laki-laki dan perempuan pada RTS yaitu; SK BoR dengan TTD memiliki kecenderungan lebih tinggi kepada politisi laki-laki pendukung dan politisi perempuan penentang penundaan pemilu 2024; SK Negatif substrategi (5) dengan TTD juga memiliki kecenderungan tinggi kepada politisi laki-laki; SK Negatif substrategi (2) memiliki kecenderungan tertinggi oleh politisi laki-laki kepada moderator; SK BoR dengan TTD memiliki kecenderungan tinggi oleh pendidik laki-laki kepada politisi perempuan; dan SK Negatif substrategi (5) juga memiliki kecenderungan tinggi oleh politisi perempuan kepada pendidik laki-laki.  
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini bersifat melengkapi dengan mendukung hasil penelitian terdahulu. Secara teoritis, penelitian saat ini telah melengkapi dengan mendukung dan mencoba menawarkan taksonomi baru sebagai sebuah teori dengan menambah klasifikasi bentuk honorifik yang dirumuskan oleh (Brown & Levinson, 1987) pada SK Negatif dengan penyebutan keahlian (expertise) mitra tutur sebagai bentuk apresiasi. Penelitian ini juga mencoba menawarkan taksonomi baru dengan menambahkan sub tindak tutur direktif bertanya (interogative sentence) sebagai bentuk realisasi penggunaan SK BoR, yaitu sub tindak tutur direktif bertanya yang dituturkan secara langsung tanpa aspek sub-SK Positif dan sub-SK Negatif di dalamnya. Selanjutnya, penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perempuan cenderung menggunakan hedges yang dilakukan di negara barat telah terkonfirmasi pada penelitian saat ini di negara Indonesia bahwa praktisi dan politisi perempuan juga banyak menggunakan hedges. Namun, penelitian ini juga mencoba menawarkan pola interaksi baru bahwa laki-laki juga cenderung menggunakan hedges. Dalam konteks RTS, praktisi dan politisi perempuan menggunakan hedges dengan preferensi tertinggi pada penggunaan question tags untuk menunjukkan ketidakasertifan atau ketidakpastian tuturan serta keraguan penutur. Di sisi lain, laki-laki menggunakan hedges dengan kecenderungan penggunaan pemagaran nilai untuk menunjukkan kesantunan. Interpretasinya menunjukkan bahwa akademisi, politisi dan praktisi laki-laki dengan kedudukan dan pendidikan yang melekat tidak ingin terlihat arogan atau sombong. Pada dasarnya, akademisi, politisi dan praktisi laki-laki menggunakan hedges untuk melindungi citra diri.

×
Penulis Utama : Nurul Aini
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T111908017
Tahun : 2023
Judul : Strategi Kesantunan dalam Rosi Talk Show dengan Tema Penundaan Pemilu 2024 dan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden dengan Perspektif Gender
Edisi :
Imprint : Surakarta - Fak. Ilmu Budaya - 2023
Program Studi : S-3 Linguistik (Deskriptif)
Kolasi :
Sumber :
Kata Kunci : Gender, Rosi Talk Show, Strategi Kesantunan, Tindak Tutur
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : https://doi.org/10.22034/ijscl.2023.2002556.3035
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Djatmika, M.A.
2. Prof. Dr. Sumarlam, M.S.
3. Prof. Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D.
Penguji : 1. Prof. Dr. Warto, M.Hum.
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D.
3. Drs. Agus Hari Wibowo, M.A., Ph.D
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Ilmu Budaya
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.