×
Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang sering dijumpai pada anak. Penderita autisme mengalami gangguan pencernaan karena tubuh tidak mampu mencerna protein, terutama gluten dan kasein. Perbaikan perilaku bisa melalui terapi diet Casein Free Gluten Free (CFGF). Diet CFGF merupakan terapi biometis berupa pengaturan pola nutrisi dengan tidak mengkonsumsi makanan dari susu sapi dan gandum. Pola makan harus diperhatikan bagi penderita autisme karena terdapat pantangan makanan tertentu. Salah satu makanan digemari oleh anak-anak yaitu camilan. Camilan yang sering dijumpai salah satunya berupa produk bakery. Alternatif pengembangan produk dapat berupa makanan selingan yang diformulasikan dalam bentuk snack bar. Tepung garut berpotensi dijadikan produk snack bar karena daya cernanya yang tinggi (84,35 %). Kedelai berperan sebagai pengikat pada snack bar. Penggunaan ubi jalar kuning sebagai flakes menghasilkan flakes dengan rasa manis dan renyah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi substitusi tepung garut dan tepung kedelai terhadap karakteristik kimia (kadar air dan profil protein), fisik (tekstur dan warna), dan sensoris (warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan) serta formula terbaik snack bar. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan variasi substitusi tepung garut dan tepung kedelai. Berdasarkan hasil penelitian, substitusi tepung garut dan tepung kedelai berpengaruh nyata terhadap penurunan warna L* dan peningkatan tekstur snack bar. Kadar air snack bar mengalami peningkatan seiring penambahan substitusi tepung kedelai. Pada karakteristik sensoris, substitusi tepung komposit berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan panelis pada parameter warna, rasa, tekstur, dan keseluruhan. Perhitungan metode de garmo memperoleh formula terbaik yaitu sampel F1 (90% tepung garut dan 10% tepung kedelai).