Saluran Irigasi Banjar-Cahyana dibangun pada awal abad ke-20 untuk mengairi lahan dari wilayah pusat kota Kabupaten Banjarnegara hingga Distrik Cahyana di Purbalingga. Dibangun oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, irigasi ini merupakan bagian dari Werkplan 1890. Berada di wilayah pegunungan, pembangunan irigasi ini membutuhkan perencanaan yang matang. Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan tiga permasalahan yang menjadi inti dari penelitian ini yakni, 1. Apa yang melatarbelakangi pembangunan Irigasi Banjar-Cahyana? 2. Bagaimana proses pembangunan Irigasi Banjar-Cahyana pada tahun 1906-1919? 3. Bagaimana respon masyarakat di Kabupaten Banjarnegara terhadap pembangunan Irigasi Banjar-Cahyana pada tahun 1919-1942?

Proses penelitian menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yakni heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip, surat kabar, peta, dan foto sezaman. Selain itu, buku dan karya ilmiah lain seperti tesis dan disertasi juga digunakan untuk melengkapi data dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama proses pembangunan Irigasi Banjar-Cahyana telah terjadi berbagai masalah seperti buruknya kandungan air sungai, kekurangan tenaga kerja, dan terjadinya bencana alam. Irigasi yang airnya bersumber dari Sungai Serayu ini telah berhasil dimanfaatkan untuk melakukan konversi lahan tandus menjadi sawah beririgasi seluas 10.060 bouws. Wabah penyakit yang terjadi di Banjarnegara menyebabkan lumpuhnya berbagai bidang termasuk pertanian, sehingga hasil panen tidak terjadi secara signifikan. Selain itu, irigasi ini juga dimanfaatkan untuk mengairi lahan tebu pabrik gula swasta dan telah memberikan banyak perubahan.
Dapat disimpulkan bahwa Irigasi Banjar-Cahyana dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan garapan di wilayah utara Kabupaten Banjarnegara hingga perbatasan Purbalingga. Pembangunan dilakukan selama lebih dari 13 tahun dengan biaya sebanyak f 1.800.000. Irigasi ini telah memberikan pengaruh terhadap berbagai bidang, antara lain perluasan lahan sawah penduduk dan lahan tebu bagi pabrik gula swasta, yang menyebabkan terjadinya perluasan jaringan komunikasi dan transportasi, serta adanya peningkatan hasil panen tebu, harga sewa lahan, dan gaji buruh pabrik. Selain itu, irigasi ini dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga mikrohidro dan objek wisata. Berbagai penolakan dari kalangan penduduk lokal turut menyertai proses pembangunan dan pemanfaatan saluran irigasi ini, seperti pemasangan plang dan pembakaran lahan tebu. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes atas kurangnya perhatian pemerintah dan ketidakadilan sistem distribusi air irigasi antara lahan sawah penduduk dengan lahan lebu pabrik gula swasta.