ABSTRAK

Pendahuluan: Kanker serviks adalah keganasan atau pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada jaringan di leher rahim wanita. Penyebab utama terjadinya lesi intraepithelial tersebut adalah infeksi human papilloma virus (HPV) yang terjadi secara persisten. Sepanjang tahun 2020, tercatat 36.633 kasus baru di Indonesia yang menempatkan kanker serviks di urutan pertama dalam daftar keganasan ginekologi. Kontrasepsi oral kombinasi diketahui berperan sebagai faktor yang mendorong berkembangnya kanker serviks yang dicetuskan oleh HPV. Estrogen dalam kontrasepsi oral kombinasi dapat masuk ke dalam membran plasma dan berinteraksi dengan sejumlah reseptor intrasel seperti ERα, ERβ atau GPER1. Interaksi kompleks estrogen-reseptor diketahui meregulasi siklus dan proliferasi sel, sehingga dapat meningkatkan progresifitas suatu tumor. Progesteron diketahui dapat meningkatkan kapasitas DNA virus untuk menyebabkan transformasi pada sel-sel epitel serviks, sehingga lebih rentan mengalami lesi. 

Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain studi case control. Sejumlah 50 sampel terbagi kedalam 2 kelompok, yakni kelompok kasus (pasien kanker serviks) dan kontrol (kanker ginekologi lainnya). Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner dan pengecekan rekam medis pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan SPSS secara univariat dan bivariat menggunakan Chi Square.  

Hasil: Tanpa melakukan analisis durasi penggunaan kontrasepsi, hasil analisis bivariat antara penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan kejadian kanker serviks didapatkan p value = 0,041, dimana p < 0 xss=removed xss=removed>

Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dengan kejadian kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dimana penggunaan kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks sebesar 3 kali lipat.

ABSTRACT

Introduction: Cervical cancer is a type of malignancy marked by uncontrolled growth of cells in a woman’s cervical tissues. Persistent infection of the Human Papillomavirus (HPV) is known to be the main cause of these intraepithelial lesions. There are 36.633 new cases recorded throughout 2020 in Indonesia, placing cervical cancer on the top list of gynecological malignancies. Combined oral contraceptives (COC) are known to play a role as a factor in promoting the development of cervical cancer triggered by HPV. This type of contraception contains estrogen which can enter the plasma membrane and interact with several receptors such as ERα, ERβ, or GPER1. This interaction of the estrogen-receptor complex is known to regulate cell cycle and proliferation, thereby increasing the progression of a tumor. Progesterone also plays a role in increasing the capacity of viral DNA to cause transformation in cervical epithelial cells, making them more susceptible to lesions induced by HPV.

Method: This study uses an observational analytic method with a case-control study design. A total of 50 samples were divided into 2 groups, cervical cancer patients as the case group and other gynecological cancer patients as the control. The research was conducted by distributing questionnaires and patient medical records using a purposive sampling technique. Data were analyzed univariately and bivariate using Chi-square.

Result: Without analyzing the duration of combined oral contraceptive use, the result obtained a p-value = 0,041, where p < 0 xss=removed xss=removed>

Conclusion: There’s a significant relationship between the use of COC and the incidence of cervical cancer in RSUD Dr. Moewardi Surakarta where the use of COC increases the risk of cervical cancer by 3 times.