×
Latar Belakang: Transfusi darah yang terus menerus akan menyebabkan penumpukan zat besi di semua organ disertai peningkatan kadar serum besi di tubuh sehingga memerlukan obat kelasi besi untuk mengeluarkan kelebihan besi yang ada di tubuh. Namun, ketersediaan obat kelasi besi di setiap rumah sakit tidak sama, sehingga banyak pasien yang mendapat obat ini dengan dosis suboptimal saja. Hal ini menyebabkan komplikasi berupa timbunan besi berlebih di organ muncul lebih cepat sehingga salah satu dampaknya berupa gangguan pertumbuhan terkait status gizi anak.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional di Poli Anak Hematologi dan Onkologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling dengan besar sampel minimal 51 responden. Kepatuhan konsumsi kelasi besi diperoleh berdasarkan kuisioner MMAS-8 dan status gizi pasien anak talasemia diperoleh melalui pengukuran % LiLA. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman.
Hasil: Analisis dengan uji Spearman menunjukkan hubungan yang signifikan antara kepatuhan konsumsi kelasi besi dengan status gizi pasien anak talasemia (p = 0,000) dan hubungan searah dengan korelasi sangat kuat (r = 0,774). Dari hasil analisis hubungan jenis kelamin, usia, dan asupan makanan dengan status gizi pasien anak talasemia diperoleh hasil hubungan tidak signifikan (p > 0,05).
Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan dengan korelasi sangat kuat dan arah hubungan searah antara kepatuhan konsumsi kelasi besi dan status gizi pasien anak talasemia di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Maka, semakin tinggi kepatuhan konsumsi kelasi besi maka semakin baik status gizi pasien anak talasemia.