Penulis Utama : Bambang Sudarmanto
NIM / NIP : T742002001
× <p>Indonesia sebagai negara tropis dengan tipologi wilayah kepulauan, mempunyai lahan basah (wetland) yang luas dan potensial dan mempunyai kemampuan dalam mendukung peningkatan kesejahteraan, cadangan air bersih, cadangan pangan, perlindungan bencana, penyimpan karbon, keanekaragaman hayati, dan keindahan alam. Usaha untuk menjaga ketangguhan atau resiliensi wetland menjadi sangat penting. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah strategis dan berperan sangat penting dalam menjaga resiliensi kawasan wetland terutama di era perubahan iklim dunia (climate change/CC).<br>Beberapa penelitian terkini tentang pengelolaan DAS dalam skala regional maupun lokal, perlindungan bencana dan keanekaragaman hayati di wilayah wetland merupakan pertimbangan penting terutama terkait dengan bagaimana menjaga tingkat resiliensi sumber daya alam dan aktifitas manusianya. DAS Garang merupakan DAS yang layak untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian terutama disebabkan oleh kompleksitas kondisi topografi, kelerengan, geologi, dinamika perubahan tata guna lahan (TGL), dan dinamika perubahan penduduk yang mendiaminya. DAS Garang merupakan yang terpanjang dan terbesar yang menyangga fungsi wilayah wetland yang dalam hal ini adalah kawasan pesisir kota Semarang.<br>Kota-kota pesisir di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura), termasuk kota Semarang, merupakan wilayah yang mengalami peningkatan frekuensi kejadian dan perluasan dampak kebencanaan yang terkait dengan kondisi DAS. Bencana yang paling menonjol dan menjadi bahan diskusi di tingkat regional maupun nasional saat ini adalah bencana banjir. Kerusakan vegetasi atau penurunan tingkat resiliensi vegetasi merupakan penyebab kebencanaan tersebut terutama dipicu oleh adanya bencana erosi lahan DAS dan sedimentasi di sungai-sungai yang membentang dari hulu ke hilir menuju muara laut Utara Jawa.<br>Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan erosi DAS Garang sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah pusat maupun provinsi melalui perangkat regulasi tentang pengelolaan wilayah pertemuan antara darat dan laut. Namun implikasi nyata dalam taraf pelaksanaan di tingkat teknis dan berdampak nyata dalam peningkatan resiliensi kawasan masih memerlukan penguatan yang terkuantifikasi dalam formulasi model. Formulasi model dimaksud memerlukan integrasi modal ekologi dan modal sosial selaku pelaku aktif dalam memelihara lingkungan. Hal ini dikarenakan bahwa DAS tidak hanya dapat dianggap sebagai wilayah administratif namun juga merupakan wilayah yang terdelineasi oleh bentang alam menurut prinsip ecoregion maupun prinsip bioregion. Dalam prinsip ini, formulasi resiliensi kawasan DAS memerlukan kuantifikasi variabel ekologi sebagai representasi hubungan antara manusia dan ekosistem yang mempunyai karakteristik unik serta entitas tersendiri yang tidak tergantung oleh batas administratif DAS. Demikian juga dengan variabel sosial yang terkait dengan karakter sosial masyarakat penghuni DAS yang membutuhkan kuantifikasi sebagai representasi dari entitas sosial.<br>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana ukuran ketahanan vegetasi DAS Garang dengan  menggunakan  interpretasi  peta  spatio  temporal  satelit  yang  berhubungan dengan vegetasi. Hasil dari interpretasi peta satelit ini dianalisis korelasinya dalam statistik berbasis spatial maupun non spatial dengan aktivitas antropogenik dalam DAS. Aktivitas antropogenik dimaksud, seperti yang pernah dilakukan oleh peneltian sebelumnya misalnya, penurunan pertanian, peningkatan perumahan, peningkatan populasi (Li et al., 2011; Liu et al.,<br>2021). Dalam penelitian, aktifitas antropogenik diambil dari TGL dominan. Hasil analisis penelitian untuk DAS Garang didapatkan TGL dominan adalah permukiman. Peningkatan permukiman yang dilengkapi dengan peningkatan penduduk ini digali kedalaman perubahannya dari sisi jumlah dan sebaran ruangnya. Dalam DAS Garang, terbagi dalam delieasi 87 kelurahan atau desa. Monitoring tahun 2015 sampai dengan tahun 2021 didapatkan kondisi bahwa telah terjadi pertumbuhan permukiman terutama di wilayah Kabupaten Semarang yang berada di hulu DAS. Dinamika pertumbuhan permukiman dan penduduk di wilayah tersebut menjadi pemicu terjadinya degradasi vegetasi lahan. Selanjutnya, kajian dilengkapi dengan analisis tentang pola spasial yang dilengkapi dengan valuasi dalam bentuk nilai Indeks Global Moran (Global Moran’s Index (GMI)). Analisis dari sisi spatial ini ditujukan untuk mencari akar permasalahan dalam sistem ekologi. Dengan ukuran GMI, valuasi sistem ekologi didapatkan dari nilai resiliensi tutupan lahan khususnya dari sisi tutupan vegetasi yang dilihat dari keterkaitan antara nilai GMI permukiman dan penduduk dengan nilai GMI variabel indeks vegetasi yang terukur dari nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) untuk keterwakilan vegetasi kanopi tinggi dan Soil Adjusted Vegetation Index (SAVI) untuk vegetasi kanopi rendah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa TGL permukiman menunjukkan tren kenaikan yang sangat signifikan dengan R2=0.9393 dengan persamaan linier y=57,448x-110327. Pertumbuhan penduduk DAS Garang juga menunjukkan  peningkatan terutama di wilayah hulu dan tengah DAS. Dari sisi pola spatial, telah terjadi pola sebaran TGL permukiman mengarah ke pola dispersi yang ditunjukkan oleh y=-0,0102x+0,6291 dengan R2=0,9171. Demikian juga untuk pola spatial penduduk dengan R2=0,5872 untuk persamaan linier y=-0,0066x+0,3525. Dari sisi vegetasi, indikasi fragmentasi vegetasi atau perubahan pola spatial “menyebar” atau dispersi (disperse). Pada periode tahun 2015-2019, indikasi fragmentasi vegetasi cukup meyakinkan di musim kemarau dengan R2=0,39 untuk NDVI dengan  persamaan  linier  y=-0,0294x+60,15  dan  R2=0,36  dengan  persamaan  linier  y=-0,0215x+44,2 untuk SAVI. Pada musim hujan, ada kecenderungan terjadi recovery terutama pada wilayah dengan perbedaan NDVI dengan SAVI yaitu dengan R2=0,39 persamaan linier y=0,0815x-163,68 untuk NDVI dan y=0,0766x-153,77 dengan R2=0,36 untuk SAVI. Kecenderungan recovery terjadi di wilayah Kabupaten Kendal yang masuk di hulu (upstream) DAS dengan keanekaragaman vegetasi yang lebih baik.<br>Permasalahan dalam sistem sosial dikaitkan dengan upaya memvaluasi dampak pola pertumbuhan dan penyebaran permukiman serta penduduk di wilayah DAS dan perubahan nilai sosial yang terukur dari tingkat kepedulian lingkungan terhadap resiliensi tutupan vegetasi yang dalam penelitian dielaborasi menjadi ukuran nilai pengetahuan, nilai sikap atau perilaku, nilai reaksi atau respon nyata dalam memelihara lingkungan, dan nilai peranan institusi lokal (perangkat desa atau kelurahan, organisasi sosial non pemerintah). Identifikasi lapangan dalam penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang cukup signifikan dari “pengetahuan” dan “sikap” penduduk terhadap dinamika perubahan indeks vegetasi. Faktor “peran  institusi” berpengaruh signifikan terhadap “respon/behavior” atau tindakan nyata dari penduduk dalam merawat vegetasi. Degradasi vegetasi ini secara spasial berkorelasi dengan dinamika perubahan pola spasial kegiatan antropogenik  yang diwakili oleh penduduk. Sehubungan dengan pentingnya menjaga ketahanan vegetasi terhadap perubahan iklim (Ramos et al. 2022), fragmentasi indeks vegetasi di DAS Garang memerlukan perhatian. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak fragmentasi yang terjadi, ketahanan vegetasi terhadap iklim menjadi semakin menurun (Falk et al. 2022). Selain itu, kepadatan vegetasi lebih dipengaruhi oleh "efek tepi" seperti peningkatan cahaya, udara kering, dan risiko kebakaran, menciptakan kondisi yang membahayakan keberlanjutan tutupan lahan (Jha et al. 2019; Mirchooli et al. 2020; Ramos et al., 2022).<br>Permasalahan yang berhubungan dengan tindakan nyata berupa aksi iklim terkait dengan bagaimana kebijakan restorasi atau pengelolaan tutupan vegetasi lahan di wilayah DAS dengan mempertimbangkan keterkaitan nilai resiliensi tutupan vegetasi yang diinterpretasikan sebagai sistem ekologi dan nilai resiliensi sosial yang terukur dari tingkat kepedulian masyarakat yang diinterpretasikan sebagai sistem sosial di wilayah DAS dalam mengurangi potensi bencana erosi. Hasil dari upaya mengkuantifikasi atau memvaluasi resiliensi ekologi dan resiliensi sosial ini digunakan dalam menyusun model dinamis recovery potensi erosi DAS Garang. Dalam formulasi model dinamis dan simulasi untuk prediksi 10 tahun atau sampai tahun 2033, diperoleh gambaran tentang strategi pengelolaan tutupan lahan terkait dengan tutupan vegetasinya dengan beberapa skenario pemulihan (recovery) potensi erosi lahannya. Skenario yang dipilih dengan mempertimbangkan strategi integrasi optimasi modal ekologi dan modal sosial berbasis spasial maupun non spasial. Simulasi Model Dinamis menunjukkan bahwa dengan “skenario berhasil/optimistic” yaitu keberhasilan mendorong peningkatan pengetahuan dan sikap serta respon masyarakat penghuni DAS serta didorong oleh peran institusi, pengelolaan tutupan lahan vegetasi DAS Garang mampu mengurangi potensi erosi yang cukup signifikan yaitu 32.4%. Tentunya hal ini menjadi sangat berharga untuk dikelola dengan mengerahkan kerja bersama antar pihak-pihak terkait, terutama Penguatan Kelembagaan Forum Forum Koordinasi Pengelolaan DAS yang merupakan amanat Pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS.</p>
×
Penulis Utama : Bambang Sudarmanto
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T742002001
Tahun : 2024
Judul : Pengembangan Model Dinamis Pengelolaan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang Melalui Metode Integrasi Sistem Ekologi dan Sosial
Edisi :
Imprint : Surakarta - Sekolah Pascasarjana - 2024
Program Studi : S-3 Ilmu Lingkungan SDA
Kolasi :
Sumber :
Kata Kunci : Kesiapan masyarakat; nilai ekologi; nilai sosial; indeks vegetasi; Global Moran's Index (GMI); Daerah Aliran Sungai (DAS).
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : http://Jurnal DOI:10.13057/biodiv/d240551; Proceeding DOI:10.1088/1755-1315/1180/1/012055
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph. D.
2. Prof. Dr. Ir. Suntoro, M.S.
3. Dr. Ir. Joko Sutrisno, M.P.
Penguji : 1. Prof. Dr. Drs. Pranoto., M. Sc.
2. Prof. Dr. rer.nat. Sajidan., M.Si.
3. Prof. Dr. Albertus Sentot Sudarwanto, S.H., M. Hum.
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.