×
Pertanian jagung di Indonesia bukan hanya memainkan peran penting dalam menyediakan bahan pangan dan ekonomi domestik, tetapi juga menghasilkan limbah dari sektor pangan. Pada tahun 2021 produktivitas pipilan jagung nasional mencapai 57,09 ku/ha, sementara pada tahun 2018, sebanyak 9.016.686 ton tongkol jagung dihasilkan, dan diperkirakan akan terus meningkat karena petani menjual biji jagung pipilan. Pengomposan adalah metode yang layak untuk mendaur ulang sampah tongkol jagung, karena kandungan bahan organik pupuk yang berasal dari tongkol jagung lebih tinggi daripada pupuk anorganik. Namun, kandungan bahan organik tanah Alfisol yang rendah membuatnya rentan terhadap degradasi. Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji respon pertumbuhan dan hasil jagung, dan menentukan dosis pupuk tongkol jagung terbaik untuk hasil jagung di tanah Alfisol. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap non faktorial dengan 6 taraf yaitu pupuk anorganik (urea: 350, SP-36: 125, KCl: 100 kg/ha), pupuk tongkol jagung (2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 ton/ha) dan 3 kali ulangan. Variabel yang diamati adalah lingkungan, tanah awal dan akhir, pupuk, serapan NPK tanaman, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas tiga daun, kandungan klorofil, laju pertumbuhan tanaman, rasio tajuk akar, jumlah tongkol, bobot 1000 biji, jumlah biji, bobot biji, dan indeks panen. Analisis data menggunakan analisis ragam dengan dan apabila terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%. Dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil percobaan menunjukkan pupuk limbah tongkol jagung belum mampu menggantikan penggunaan pupuk anorganik pada budidaya jagung dalam pertumbuhan dan hasil di tanah Alfisol. Dosis terbaik untuk penggunaan pupuk limbah tongkol jagung yaitu dengan dosis 2,5 ton/ha karena dapat meningkatkan diameter batang jagung pada 5-13 MST dan jumlah daun pada 6-13 MST di tanah Alfisol. Pupuk limbah tongkol jagung belum mampu untuk meningkatkan hasil jagung di tanah Alfisol.