×
Perubahan sistem kerja dari WFH kembali menjadi WFO pada pasca pandemi menyebabkan beban kerja yang berlebih dialami oleh karyawan, sehingga menimbulkan kelelahan dan gejala stres yang berkepanjangan. Keseimbangan kehidupan kerja membantu individu mampu bertanggung jawab atas pekerjaannya dan memiliki kesenangan dalam kehidupan pribadi miliknya, sehingga menurunkan kemungkinan terjadi kelelahan berlebihan. Dengan adanya FWA, seseorang mampu menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan yang dimiliki dengan tanggung jawab kehidupan di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keseimbangan kehidupan kerja yang dimungkinkan dapat menjadi mediasi antara hubungan fleksibilitas dengan burnout karyawan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Skala Likert dengan mengacu pada aspek dari teori Burnout Schaufeli, Fleksibilitas Sotlwedel et al., dan Keseimbangan Kehidupan Kerja Greenhaus, Collins, dan Shawn yang diadaptasi sendiri oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif deskriptif, melibatkan 104 responden karyawan Jakarta yang memiliki pengalaman WFH minimal 6 bulan saat pandemi Covid-19, dan menggunakan teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan metode purposive sampling yang dilakukan secara online. Data penelitian dianalisis menggunakan analisis Process Macro for SPSS 3.0 by Hayes (2018). Hasil dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan signifikan antara fleksibilitas terhadap burnout yang dimediasi oleh keseimbangan kehidupan kerja sebesar 0,6713, tidak terdapat hubungan antara fleksibilitas terhadap burnout secara langsung, terdapat hubungan positif dan signifikan antara fleksibilitas dengan keseimbangan kehidupan kerja dengan koefisien sebesar 0,9306, dan terdapat hubungan negatif dan signifikan antara keseimbangan kehidupan kerja dengan burnout dengan koefisien 0,7213. Hal ini menunjukan terdapat tiga hipotesis yang diterima dan satu hipotesis yang ditolak.