×
Pada tahun 2019, Coronavirus Disease-19 (Covid-19) muncul untuk pertama kalinya di China, tepatnya di kota Wuhan. Memasuki tahun 2020 virus yang menyebar melalui udara dan sentuhan ini mulai menyebar ke seluruh belahan dunia dan menyebabkan kepanikan global. Covid-19 lantas menjadi pandemi global yang menjadi isu bersama seluruh dunia. Hal ini berlanjut hingga pada tahun 2021, setelah diterapkannya pembatasan aktivitas fisik di seluruh dunia dan pembuatan serta penyebaran vaksin Covid-19, tingkat urgensi dari pandemi Covid-19 mulai bisa ditangani dan dikelola oleh pemerintah dan masyarakat dari sebagian besar wilayah dunia. Konteks ini berlaku juga pada bidang pariwisata. Dengan adanya lockdown dan pembatasan perjalanan saat pandemi, bidang pariwisata juga mengalami krisis sehingga harus bekerja keras untuk tetap bertahan. Salah satu objek pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19 adalah Desa Penglipuran di Bali, Indonesia. Sebagai desa wisata internasional, sudah tentu di era pandemi mereka mengalami pukulan yang cukup berat. Dari sana, ketika masyarakat dunia mulai menemukan cara untuk bangkit dari dampak pandemi sudah tentu manajemen Desa Penglipuran juga melahirkan strategi-strategi recovery guna membangkitkan kembali usaha pariwisata mereka. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah meneliti bagaimana strategi recovery Desa Penglipuran pasca pandemi sebagai desa wisata adat internasional pada tahun 2021-2022. Teori yang digunakan adalah diplomasi budaya dan konsep Recover Together Recover Stronger guna melihat upaya pemerintah Indonesia dan manajemen Desa Penglipuran bangkit dari pandemi Covid-19 sekaligus mengupayakan diplomasi. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan pengambilan data menggunakan teknik wawancara untuk data primer dan studi pustaka untuk data sekunder. Dari penelitian ini ditemukan hasil bahwa Desa Penglipuran sudah berhasil menerapkan strategi recovery pasca pandemi Covid-19 dengan peningkatan dalam bidang-bidang atraksi, akomodasi, infrastruktur, pelayanan, sertifikasi SNI CHSE, koordinasi dengan pemerintah, pembangunan Hutan Bambu, dan upaya promosi terutama melalui media daring.