Penelitian ini bertujuan untuk (1) menggambarkan perencanaan, (2) menjelaskan implementasinya, dan (3) menjelaskan evaluasi implementasi profil siswa Pancasila pada proyek penelitian ilmiah dan sosial dari dimensi kerjasama material kekayaan budaya Indonesia siswa kelas empat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan desain penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas empat di sekolah dasar Karangasem 4. Teknik pengumpulan data menggunakan hasil studi dokumen, observasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis Creswell, yang terdiri dari 6 langkah, yaitu (1) mengolah dan mempersiapkan data, (2) membaca keseluruhan data, (3) menganalisis dan mengkoding data, (4) menerapkan koding pada data, (5) mendeskripsikan data, dan terakhir yaitu (6) menginterpretasi data. Pengujian validitas data menggunakan teknik triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perencanaan implementasi profil pelajar Pancasila memiliki persentase sebesar 99%, tahap pelaksanaan memiliki persentase sebesar 84%, dan tahap evaluasi memiliki persentase sebesar 77%. Berdasarkan hasil tersebut implementasi profil pelajar Pancasila dimensi gotong royong belum maksimal, karena pada tahap pelaksanaan dan evaluasi yang berfokus pada pada 7 indikator dimensi gotong royong yang merupakan bagian penting untuk dapat melihat kemampuan gotong royong peserta masih belum dilaksanakan dengan maksimal, sehingga akhirnya berpengaruh pada rendahnya hasil dari pencapaian dari dimensi gotong royong peserta didik itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dari 7 indikator 5 indikator gotong royong berada dalam kategori rendah. Hasil dari dimensi gotong royong terbagi menjadi 7 indikator, yaitu (1) dimensi kerjasama memiliki persentase sebesar 50%, (2) komunikasi tujuan bersama memiliki persentase sebesar 50%, (3) ketergantungan positif memiliki persentase sebesar 42%, (4) koordinasi sosial memiliki persentase sebesar 44%, (5) tanggap lingkungan sosial memiliki persentase sebesar 40%, (6) persepsi sosial memiliki persentase sebesar 47%, dan (7) berbagi pengetahuan memiliki persentase sebesar 46%. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi gotong royong terbagi menjadi 2, yaitu pertama faktor internal, yaitu munculnya paham individualisme dan egoisme karena adanya globalisasi, serta kurangnya pemahaman akan makna gotong royong itu sendiri. Kedua faktor eksternal, yaitu perbedaan karakteristik peserta didik dan kurang maksimalnya kemampuan guru untuk membimbing diskusi kelompok kecil yang seringkali menyebabkan kurang maksimalnya peserta didik dalam menerapkan dimensi gotong royong. 
Kata kunci: kemampuan implementasi, profil pelajar Pancasila, dimensi gotong royong, projek belajar IPAS, sekolah dasar