ABSTRAK
R. Pujo Handoyo. T141608006. “Kajian Alihbahasaan Sidang Si Kopi Maut”.
Disertasi. Program Doktor Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, September 2023. Promotor: Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A.
Ph.D. Ko-promotor 1: Prof. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. Ko-promotor 2: Prof.
Dr. Djatmika, M.A.

Alihbahasaan sidang pengadilan mempunyai peran penting sebagai jembatan
komunikasi antara pihak-pihak beda-bahasa yang saling berselisih. Alihbahasawan
bertugas untuk menerjemahkan tuturan-tuturan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
dengan memperhatikan maksud tuturan, dan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk
menghasilkan alihbahasaan yang berkualitas tinggi. Aspek-aspek ini bisa diamati pada
alihbahasaan Sidang Si Kopi Maut (SSKM) yang terjadi pada tahun 2016 terkait kematian
seorang wanita bernama Mirna Salihin. Sidang ini menjadi tolok ukur bagaimana
alihbahasaan sidang dilakukan demi menjaga prinsip keadilan. Atas pertimbangan tersebut,
peneliti melakukan kajian deskriptif-kualitatif terhadap alihbahasaan SSKM dengan empat
fokus yaitu 1) tipe tindak tutur, 2) teknik alihbahasaan, 3) kualitas alihbahasaan dan 4)
hubungan antara ketiganya dalam dua arah alihbahasaan. Sumber data adalah video dua
sidang SSKM yang menghadirkan dua saksi ahli asal Australia, dengan data berupa 313
tuturan bahasa sumber dan bahasa sasaran yang dinalisis dengan menggunakan klasifikasi
tindak tutur dari Searle (1976), klasifikasi teknik penerjemahan dari Molina & Albir (2002)
dan parameter kualitas dari Nababan, Nuraeni dan Sumardiono (2012). Hasilnya,
ditemukan bahwa 1) tindak tutur mayoritas dalam sidang kesaksian SSKM adalah
representatif dan direktif, 2) ada 19 teknik alihbahasaan yang sering digunakan yaitu
padanan lazim (56%), inkremensi (9,3%), eksplisitasi (8,9%), parafrase (5,5%), implisitasi
(3,5%), sedangkan teknik yang termasuk jarang adalah adisi, delesi, modulasi, reduksi,
kreasi diskursif, variasi, kompensasi, transposisi, koreksi, deskripsi dan amplifikasi (2,6%-
0,05%), 3) kualitas alihbahasaan tinggi dengan nilai rata-rata 2,8 (skala 0-3), 4) dalam
kedua arah alihbahasaan, tindak tutur tidak berpengaruh bagi tipe teknik alihbahasaan,
namun sebaliknya tipe teknik bisa berpengaruh bagi tindak tutur dan kualitas alihbahasaan,
meskipun dalam SSKM pengaruh tersebut tidak signifikan. Hasil-hasil tersebut
mengindikasikan bahwa sidang Si Kopi Maut menjalankan fungsinya sebagai sidang
interogatif dengan tindak tutur bertanya dan menjawab sebagai yang utama. Teknik-teknik
alihbahasaan secara umum dipilih dengan baik oleh alihbahasawan, kecuali teknik-teknik
tertentu seperti reduksi, delesi, kreasi diskursif dan inkremensi yang berpengaruh negatif
terhadap kualitas. Perbedaan dalam kedua arah alihbahasaan terjadi karena peran penutur,
kualitas teks bahasa sumber dan kemampuan alihbahasawan.