PEMANFAATAN LIVELIHOOD ASSETS SEBAGAI STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI DI LAHAN KERING DESA GENDAYAKAN, KECAMATAN PARANGGUPITO, KABUPATEN WONOGIRI
Penulis Utama
:
Risma Rusniati
NIM / NIP
:
H0418071
×<p>Desa Gendayakan adalah wilayah administratif dari Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Desa Gendayakan termasuk dalam DESTANA (Desa Tangguh Bencana) dan daerah karst. Kawasan karst memiliki masalah yang paling utama yaitu masalah bencana kekeringan dan krisis air bersih. Desa Gendayakan berada pada klasifikasi pertama prioritas kerawanan bencana kekeringan tinggi dengan tingkat ancaman aset penghidupan yang beragam. Pada profil Desa Gendayakan tahun 2023 memiliki luas tanah kering sebesar 796,36 Ha dari 797,30 Ha. Tingkat ancaman lainnya pada infrastruktur Desa Gendayakan yang kurang memadai, akses jalan yang lebih jauh dan terpencil, kondisi alam pada keterbatasan air bersih yang sulit masuk ke desa, maupun kondisi sosial dan manusia dengan intensitas ancaman lebih besar daripada Desa Ketos dan Desa Johunut. Masyarakat melangsungkan kehidupan bertumpu kepada aset-aset penghidupan yang beragam. Aset penghidupan atau <em>livelihood assets</em> sebagai modal nafkah<em> </em>meliputi modal alam, modal fisik, modal manusia, modal finansial dan modal sosial. Keterbatasan aset penghidupan di Desa Gendayakan digunakan sebagai pemenuhan kehidupan berkelanjutan.</p><p>Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi <em>livelihood assets </em>yang dimanfaatkan untuk mengetahui strategi bertahan hidup petani sehingga dapat diketahui hasil penghidupan <em>(livelihood outcome). </em>Strategi bertahan dan kelangsungan hidup pada masyarakat adalah upaya sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penelitian dilakukan menggunakan kajian melalui pendekatan (SLA) <em>Sustainable Livelihood Approach</em>. Konsep (SLA) <em>Sustainable Livelihood Approach</em> yang diuraikan menyatakan bahwa sumber penghidupan dari masyarakat dapat berupa adanya kemampuan aset yang dimiliki dan kegiatan yang diusahakan untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Metode dalam penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi metode dan sumber data (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian deskriptif kualitiatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi Lokasi penelitian dipilih secara sengaja <em>(purposive) </em>serta penentuan informan menggunakan teknik <em>purposive sampling </em>dan <em>snowball sampling. </em>Jenis data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data observasi pasrtisipastif moderat, wawancara mendalam dan dokumentasi.</p><p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan aset penghidupan membentuk 3 (tiga) strategi bertahan hidup petani. Strategi aktif terdiri dari 5 modal (alam, manusia, fisik, finansial dan sosial) berupa memanfaatkan sumber air, memanfaatan keahlian bertani, menggunakan kendaraan dengan penerangan yang cukup memadai pada malam hari dan penggunaan pendapaan usaha tani untuk kebutuhan rumah tangga. Strategi pasif terdiri dari 5 modal (alam, manusia, fisik, finansial dan sosial) berupa menggilir pengaliran air PDAM 1-3 kali dalam seminggu di setiap dusun pemberdayaan tenaga kerja dalam keluarga, pergi ke Balai Desa, sekolah dan ke rumah tetangga untuk mengakses jaringan <em>wifi </em>dan penggunaan tabungan ternak. Strategi jaringan terdiri dari 5 modal (alam, manusia, fisik, finansial dan sosial) berupa percaya terhadap pranoto mongso sebagai kalender yang relevan untuk perubahan musim, membangun hubungan kepercayaan antara penyuluh pertanian dan masyarakat, membangun kepercayaan menjaga data-data yang disimpan bersama dan membangun hubungan kepercayaan antara sesama. Mewujudkan <em>livelihood outcome </em>(hasil penghidupan) berupa peningkatan penghidupan bagi petani yang memiliki pekerjaan sampingan dan tabungan ternak. Pengurangan kerentanan bagi petani yang hanya memiliki pekerjaan bertani dan tidak memiliki tabungan. Pemanfaatan SDA (Sumber Daya Alam) berkelanjutan bagi petani yang tidak memiliki sumber daya manusia yang produktif dalam rumah tangga. Penambahan pendapatan bagi petani yang memiliki anggota keluarga dengan usia produktif bekerja dan merantau.</p>
