Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan faktor yang mendasari dan menjadi penyebab tindakan indisipliner siswa di SMA Negeri 1 Sukoharjo (2) untuk mengidentifikasi upaya yang dilakukan guru sosiologi sebagai agen sosial dalam mengendalikan tindakan indisipliner siswa. Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diambil dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang melibatkan 3 Guru Sosiologi, Guru BK/STP2K, Wakil Kepala Sekolah (WAKASEK) bidang kesiswaan dan Kepala Sekolah. Teknik uji validtas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan triangulasi sumber data. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dari miles dan huberman yang meliputi tiga tahap kegiatan, yakni reduksi data, penyajian data dan juga kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa bentuk tindakan indisipliner yang ada di SMA Negeri 1 Sukoharjo yakni terlambat masuk sekolah, membolos, lompat pagar, merokok atau vape, potongan rambut tidak sesuai, atribut tidak lengkap, mencuri, dan pacaran. Hal tersebut didasari oleh dua faktor yakni faktor internal seperti rendahnya kesadaran, kurangnya pemahaman tata tertib, rasa ingin diakui, sedangkan faktor eksternal seperti lemahnya sanksi, lingkungan pertemanan, dan keluarga yang kurang normatif. Selain itu, penelitian ini memberikan hasil bahwa upaya yang dilakukan oleh guru sosiologi dalam mengendalikan tindakan indisipliner adalah dengan mewujudkan empat elemen ikatan sosial di dalam lingkungan sekolah, yakni kelekatan, komitmen, keterlibatan dan kepercayaan. Keempat elemen tersebut dapat memperkuat ikatan sosial antara siswa, guru dan juga sekolah, sehingga kesadaran diri siswa mengenai pentingnya nilai dan norma yang ada di sekolah akan meningkat dan tindakan indisipliner dapat ditekan dan dikendalikan dengan baik. Selain dari pihak sekolah, dinas pendidikan setempat dan orang tua atau wali murid juga harus dapat memperkuat ikatan sosial dengan peserta didik untuk mencegah dan menekan angka tindakan indisipliner.