×
Latar Belakang: Ototoksisitas merupakan kerusakan pada organ telinga bagian dalam, berupa disfungsi koklea dan sistem vestibular akibat agen terapeutik yang bersifat ototoksik. Curcumin merupakan senyawa polifenol pada rimpang Curcuma longa yang sejak lama dimanfaatkan sifat antioksidan dan anti-inflamasinya. Tujuan dari artikel ini adalah menelaah secara sistematis bukti efek curcumin sebagai pencegahan dan pengobatan ototoksisitas. Metode: Telaah sistematis dilakukan dengan sintesis studi in vivo terdahulu dan disusun berdasarkan protokol Systematic Review Protocol for Animal Intervention Studies (SYRCLE). Database ilmiah yang digunakan adalah Pubmed, SCOPUS, dan Science Direct. Luaran utama yang ditentukan adalah biomarker ROS, perubahan frekuensi ambang pendengaran, dan morfologi koklea. Proses skrining dan ekstraksi dilakukan dengan memeriksa judul dan abstrak yang diidentifikasi kemudian artikel full-text dievaluasi sehingga didapatkan artikel yang memenuhi kriteria kelayakan. Analisis risiko bias dilakukan oleh dua reviewer berdasarkan protokol SYRCLE. Hasil: Dari 339 artikel yang ditemukan, terdapat 15 artikel yang memenuhi kriteria telaah sistematis. Berdasarkan hasil analisis risiko bias, artikel-artikel tersebut memiliki risiko bias yang rendah. Pemberian curcumin dan curcumin analog dengan berbagai formulasi dapat mengurangi ototoksisitas secara klinis, laboratoris, maupun morfologis. Kemampuan curcumin bekerja sebagai antioksidan serta anti-inflamasi mengurangi apoptosis sel telinga dalam dan gangguan pendengaran. Perbedaan efektivitas mungkin dipengaruhi dosis dan waktu pemberian induksi maupun intervensi. Simpulan: Pemberian curcumin dapat mengurangi kerusakan koklea pada hewan coba dengan menetralkan radikal bebas, mengaktivasi antioksidan endogen, dan menghambat inflamasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk pengembangan curcumin sebagai terapi ototoksisitas pada manusia.