Pertanian khususnya budidaya mentimun, memiliki peran vital dalam memenuhi kebutuhan pangan Indonesia. Konsumsi mentimun mengalami fluktuasi tahunan yang dipengaruhi oleh faktor seperti harga dan produktivitas tanaman. Meskipun terdapat peningkatan dalam konsumsi mentimun di Indonesia dan Kabupaten Karanganyar, produksi masih menghadapi tantangan stabilisasi yang perlu diatasi melalui manajemen budidaya yang lebih baik dan analisis pasar yang lebih cermat. Kondisi ini mencerminkan potensi untuk pengembangan lebih lanjut dalam meningkatkan produksi dan kualitas mentimun, serta memberikan dampak ekonomi yang signifikan terutama di daerah seperti Desa Manggis, Karanganyar.

Kegiatan budidaya mentimun dilakukan pada area persawahan dengan luas 200 m² yang memiliki kondisi iklim mikro rata-rata intensitas cahaya maksimal 76.500 lux. Sementara suhu rata-rata maksimal 32,6 °C dan kelembaban rata-rata 84,93%. Varietas benih yang ditanam adalah Zatafy F1 dengan potensi 50 ton/ha. Jarak tanam yang digunakan 50 x 50 cm diawali dengan pupuk dasar berupa pukan, dolomit, Urea, SP-36, phonska dan asam humat. Pemupukan susulan dilakukan dengan interval 7 hari sistem kocor urea pada 7 HST dan phonska plus ditambah growmate dari 14 HST sampai panen serta pemupukan spray menggunakan kalinet. Kondisi lingkungan yang optimal dan teknik budidaya yang mumpuni, mampu mendukung pertumbuhan dan hasil mentimun sehingga dalam satu tanaman mentimun menghasilkan panen buah dengan karakteristik warna hijau merata, daging buah tebal, bobot >250 gr/buah dan usia panen mulai dari 35 HST. Total panen dihasilkan sebanyak 691 kg dengan rincian grade A sebanyak 535 kg dan grade B 156 kg.

Strategi pemasaran diawali dengan riset pasar yaitu Pasar Kayuapak, Pasar Winong, dan Pasar Bekonang terkait spesifikasi produk, penjualan, konsumen, dan promosi. Analisis SWOT dilakukan secara eksternal dan internal mulai dari SDA, SDM, sarana dan prasarana yang dimiliki. Analisis segmentasi, targeting dan positioning dilakukan dengan fokus pada wilayah sekitar lokasi pertanian. Sasaran utama mencakup ibu rumah tangga, tempat makan, dan pasar tradisional, dengan strategi penekanan pada harga yang kompetitif tetapi menawarkan kualitas mentimun yang lebih unggul daripada yang tersedia di pasaran. Bauran pemasaran 4P juga diterapkan dengn memberikan kualitas unggul dari produk mentimun dengan harga jual Rp 5.000/kg grade A dan Rp 3.000/kg reject. Sistem penjualan dilakukan dengn menjual langsung ke konsumen di tempat makan dan pasar tradisional. Promosi produk mentimun dilakukan secara online dengan media sosial whatsapp dan facebook serta secara tradisional dengan sistem dari mulut ke mulut.

Analisis usaha tani budidaya tanaman mentimun didapatkan penerimaan Rp 2.985.500, sedangkan keuntungannya Rp 1.247.470 dan total biaya Rp 1.780.030 dengan R/C Ratio senilai 1,71 (R/C > 1 = layak), B/C Ratio senilai 0.71 (B/C > 0 layak). BEP produksi tidak mengalami keuntungan maupun kerugian yaitu sebanyak 691 unit, sedangkan BEP harga tidak mengalami keuntungan maupum kerugian yaitu senilai Rp 2.515 dan BEP penerimaan mencapai titik impas dimana usaha tersebut tidak rugi maupun tidak untung yaitu sebesar Rp 44.714.