Catfishing merupakan fenomena yang banyak dijumpai di dating apps. Tinder merupakan salah satu dating apps yang paling populer di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana catfishing dalam aplikasi Tinder sebagai dramaturgi tindakan sosial dan tindakan komunikatif. Penelitian ini menggunakan teori dramaturgi dari Erving Goffman dan teori tindakan komunikatif dari Jurgen Habermas. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaku catfishing menampilkan identitas palsu di aplikasi Tinder seperti memalsukan nama, umur, foto, status pekerjaan dan informasi lainnya di panggung depan (front stage) yang meliputi setting dan personal front. Setting berkaitan dengan tempat dimana mereka melanjutkan komunikasi dan personal front merupakan cara menampilkan diri agar terlihat menarik dimata lawan jenis. Kemudian di panggung belakang (back stage) adalah tempat dimana dirinya sesungguhnya, sebagai contoh dalam penelitian ini seperti mengaku berkuliah padahal seorang karyawan swasta, dan lain sebagainya. Catfishing telah bertolak belakang dengan aspek pentingnya komunikasi yang otentik dan jujur dalam membangun suatu komunikasi yang sehat dalam teori tindakan komunikatif. Catfishing melibatkan penyampaian informasi yang tidak sesuai dengan realita sehingga telah melanggar empat klaim validitas antara lain klaim kebenaran (truth), ketepatan (rightness), kejujuran (sincerity), dan komprehensibilitas (comprehensibility) sehingga tercipta komunikasi yang terdistorsi dan praktik manipulasi.