Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku bullying pada siswa SMA N 1 Mojolaban (2) menganalisis upaya preventif sekolah dalam mencegah perilaku bullying pada siswa SMA N 1 Mojolaban. Dalam kajian yang lebih mendalam, peneliti menggunakan perspektif Travis Hirschi, yaitu teori kontrol sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data penelitian terdiri dari informan, hasil observasi dan dokumen. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yang terdiri dari siswa, guru, wakil kepala sekolah, Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK). Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi berpatisipasi pasif, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Teknik uji validitas yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data dengan menggunakan teknik analisis data interaktif kualitatif model Miles and Huberman, yaitu pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, pertama, perilaku bullying meliputi bullying verbal dilakukan siswa dengan melontarkan kata-kata bercanda bahkan memang sengaja yang dapat membuat orang lain merasa tersinggung dan tidak nyaman. Bullying fisik dengan melempar benda dan memukul siswa lain dengan sengaja dan menyebabkan siswa lain terluka. Bullying relasional dilakukan siswa dengan membentuk kelompok-kelompok tersendiri yang mengucilkan dan mengabaikan siswa lain. Cyber bullying dengan pengiriman pesan negatif menggunakan media chatting yang membuat siswa lain merasa tersinggung, tidak nyaman dan dipermalukan. Prejuducial bullying, rendahnya rasa empati kepada siswa lain atas perbedaan warna kulit, ras, agama dan lainnya. Kedua, upaya preventif sekolah dalam mencegah perilaku bullying sekaligus sebagai kontrol sosial sekolah kepada siswa meliputi, pendeklarasian sekolah ramah anak, membuat layanan informasi atau call center, penerapan gerakan tanpa jam kosong, pendekatan dua arah yang dilakukan oleh guru, pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK), serta program Sekolah Adipangastuti yang menerapkan nilai-nilai hasthalaku pada siswa.