Hipertensi emergensi adalah kondisi peningkatan tekanan darah sistolik hingga ≥180 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >120 mmHg disertai bukti disfungsi organ target secara akut atau progresif.Diperlukan penanganan yang cepat dan tepat pada hipertensi emergensi untuk mencegah kerusakan organ target lebih lanjut. Opsi terapi yang dapat digunakan adalah antihipertensi sublingual dan antihipertensi injeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan serta keberhasilan antihipertensi sublingual dan antihipertensi injeksi dalam menangani pasien hipertensi emergensi. Penelitian ini merupakan penelitian  bersifat deskriptif yang dilakukan dengan metode cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan pendekatan retrospektif menggunakan rekam medis. Sampel yang diperoleh dan sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi adalah 94 pasien.

Hasil menunjukkan bahwa bentuk terapi yang digunakan pasien hipertensi emergensi di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada bulan Januari – Juni 2023 adalah antihipertensi injeksi (82,98%) yang kemudian diikuti oleh antihipertensi kombinasi (10,64%) dan antihipertensi sublingual (6,38%). Kemudian, jenis obat yang paling banyak digunakan adalah nicardipine (33,91%) kemudian diikuti oleh furosemide (29,57%), nitrogliserin (17,39%), ISDN (17,39%), dan captopril (1,74%). Hasil terapi dilihat berdasarkan keberhasilan penurunan tekanan darah hingga mencapai TD ≤140/90 mmHg dan kondisi akhir pasien sebelum dipulangkan. Pada antihipertensi sublingual, persentase keberhasilan penurunan tekanan darah hingga ≤140/90 mmHg adalah 83,33% dan persentase pulang hidup adalah 100%. Pada antihipertensi injeksi, persentase keberhasilan penurunan tekanan darah hingga ≤140/90 mmHg adalah 71,79% dan persentase pulang hidup adalah 83,33%. Pada antihipertensi kombinasi (injeksi + sublingual), persentase keberhasilan penurunan tekanan darah hingga ≤140/90 mmHg adalah 90% dan persentase pulang hidup adalah 100%.