Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya melibatkan pendekatan strategis dan terpadu terhadap kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi antara pemimpin dan karyawan dalam suatu perusahaan. Kinerja karyawan mengacu pada hasil yang dicapai oleh karyawan melalui proses manajemen atau dalam organisasi secara keseluruhan, yang dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemimpin yang efektif dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka agar sesuai dengan situasi kerja spesifik yang mereka hadapi. Dengan mengadopsi gaya kepemimpinan yang sesuai, pemimpin dapat memotivasi karyawan mereka untuk melakukan yang terbaik, sehingga meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan.

Penelitian ini memanfaatkan data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner, observasi dan dokumentasi. Selain itu, data sekunder juga digunakan, yang mencakup sumber-sumber yang tidak secara langsung menyediakan data namun menawarkan wawasan teoretis dan penelitian sebelumnya untuk perbandingan dan konteks. Desain penelitian didasarkan pada metode kuantitatif. Pengumpulan data melibatkan penggunaan instrumen penelitian, dan analisis datanya bersifat kuantitatif, yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang sudah ada.

Temuan penelitian yang diperoleh dari analisis kuesioner dan pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan (otokratis, demokratis, dan laissez-faire) mempunyai dampak sebesar 47,9% terhadap kinerja karyawan, dan 52,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. faktor. Ditemukan bahwa gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, dan laissez-faire secara kolektif berdampak pada variabel kinerja karyawan. Secara khusus, gaya kepemimpinan demokratis mempunyai pengaruh parsial yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, sedangkan gaya kepemimpinan otokratis dan laissez-faire tidak mempunyai pengaruh parsial yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Gaya kepemimpinan yang demokratis, ditandai dengan partisipasi, keterbukaan, dan komunikasi yang efektif, dapat meningkatkan kinerja karyawan. Oleh karena itu, pemimpin harus memprioritaskan pengembangan gaya kepemimpinan ini untuk meningkatkan hasil karyawan. Perusahaan perlu mengembangkan budaya organisasi yang mendukung gaya kepemimpinan demokratis, seperti budaya yang menghargai partisipasi, keterbukaan dan komunikasi yang baik.