Stunting termasuk salah satu permasalahan kesehatan gizi kronis yang dihadapi oleh berbagai negara di dunia, terutama di negara berkembang (Mitra, 2015). Pada umumnya, stunting terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun, tepatnya pada usia 6-24 bulan. Hal ini dikarenakan usia tersebut termasuk usia peralihan bagi anak-anak karena harus berpindah dari air susu ibu (ASI) menuju makanan pendamping ASI. Selain itu, usia tersebut merupakan usia yang sangat rentan karena apabila terdapat suatu kegagalan dalam pertumbuhan maka tidak dapat diubah kembali hingga anak tersebut dewasa (Muslihah et al., 2016). Berdasarkan data dari WHO (2017), hampir semua negara di Asia (52%) dan Afrika (43%) menghadapi masalah stunting, dimana jumlah anak balita yang mengalami stunting mencapai 22% atau sekitar 150,8 juta. Kemudian, pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 148,1 juta atau sebesar 22,3% (WHO, 2023). Namun, penurunan prevalensi stunting tersebut masih jauh dari program six global nutrition targets dari World Health Organization (WHO), yang mana jumlah penurunan stunting pada anak usia 5 tahun ditargetkan dapat berkurang sebanyak 40% pada 2025 (WHO, 2014).