×
Konsumsi cabai rawit cenderung meningkat tiap tahunnya yang belum diimbangi dengan jumlah produksi nasional, maka perlu untuk dicarikan solusi agar produktivitas cabai rawit dapat meningkat. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui pemanfaatan pupuk organik yaitu GSA (Giberelin Sitokinin Auksin). GSA merangsang pertumbuhan akar, batang, daun, cabang, perkembangan bunga dan buah, pembesaran batang, mencegah penuaan, membantu perkecambahan biji, dan pertunasan. Tujuan tugas akhir untuk mengkaji dan menganalisis faktor-faktor dalam budidaya cabai rawit, menganalisis proses budidaya cabai rawit untuk mencapai hasil optimum, menganalisis usahatani hasil budidaya cabai rawit dan mengimplementasikan strategi dan sistem pemasaran cabai rawit. Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Pager Jurang, Desa Kepuharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki suhu 22,5°C-28,4°C, kelembapan 62,5%-85,2%, intensitas cahaya 1845-3270 lux, ketinggian tempat 699 mdpl, jenis tanah regosol, dan luasan 75 m2. Metode tugas akhir meliputi praktik lapang dan pengamatan dan wawancara. Praktik lapang dan pengamatan yaitu melalui budidaya cabai rawit dari penanaman hingga pemasaran. Wawancara dilakukan dengan praktisi lapang dan petani terkait budidaya dan pemasaran cabai rawit yang baik. Kegiatan budidaya cabai rawit secara konvensional pada bedengan yang meliputi persiapan media tanam, penyemaian, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pascapanen. Kegiatan budidaya cabai rawit melalui pemanfaatan hormon GSA, hormon pertumbuhan, hormon pembungaan pembuahan, dan agen hayati. Hasil produktivitas cabai rawit sebesar 62,26 kg selama 14 kali panen. Harga jual cabai rawit cenderung fluktuatif sebesar Rp34.000/kg (April), Rp23.000/kg (Mei), Rp33.000/kg (Juni), dan Rp43.000/kg (Juli). Analisis usahatani budidaya cabai rawit dapat dikatakan layak atau menguntungkan dengan R/C ratio 1,17; B/C ratio 0,17; dan ROI 17%. Rasio usahatani dapat lebih besar apabila harga jual diatas BEP harga. Penanaman cabai rawit dapat dilakukan pada triwulan 3 untuk mendapatkan momentum harga jual tinggi pada saat panen. Cabai rawit memiliki beberapa SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats) yang cukup unik dan dapat dipertimbangkan ketika memulai usaha cabai rawit. Proses pemasaran dilakukan secara langsung atau mouth to mouth menggunakan bauran pemasaran 4P (Product, Price, Place, dan Promotion).