Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang sering  terjadi dikalangan masyarakat, yaitu penggunaan ekspresi disfemisme. Fenomena penggunaan disfemisme banyak ditemukan di akun media sosial Instagram dan X milik Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia. Penggunaan disfemisme banyak ditemukan di postingan tentang kekalahan atlet bulu tangkis Indonesia dalam berbagai pertandingan. Permasalahan tersebut dianggap tergolong ujaran kebencian yang bisa dijerat dengan hukum UU ITE.

       Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas tiga permasalahan tentang disfemisme, yaitu (i) bagaimana bentuk disfemisme dalam kolom komentar unggahan akun Instagram dan akun X milik PBSI, (ii) bagaimana jenis disfemisme dalam kolom komentar unggahan akun Instagram dan akun X milik PBSI, dan (iii) bagaimana perbandingan penggunaan jenis disfemisme dalam kolom komentar unggahan akun Instagram dan akun X milik PBSI? Sementara itu, penelitian ini bertujuan untuk (i) mendeskripsikan bentuk satuan gramatika disfemisme, (ii) mendeskripsikan jenis disfemisme, dan (iii) mendeskripsikan perbandingan penggunaan disfemisme yang terdapat dalam kolom komentar ungggahan akun Instagram @badminton.ina dan akun X @INABadminton.

       Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif deskriptif. Data yang digunakan adalah kata, frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung unsur disfemisme. Sumber data penelitian adalah akun Instagram @badminton.ina dan akun X @INABadminton. Data diperoleh dengan metode simak dilanjutkan dengan teknik catat. Data kemudian dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik BUL, teknik lesap, dan teknik ganti. Hasil analisis data setelahnya disajikan dengan metode informal.

       Hasil penelitian adalah, terdapat empat bentuk satuan gramatika disfemisme dalam kolom komentar unggahan akun Instagram @badminton.ina dan akun X @INABadminton, yaitu kata, frasa, klausa, dan kalimat. Sementara jenis disfemisme yang ditemukan ada enam yaitu, perbandingan manusia dan hewan yang dianggap memiliki karakter tertentu, julukan yang diambil dari istilah organ tubuh yang dianggap tabu, kotoran, dan hal yang berhubungan dengan sexualitas, julukan yang berasal dari kondisi fisik seseorang yang dianggap abnormal, kutukan dan julukan yang menggunakan istilah penyakit mental atau jiwa, disfemisme sexist, racist, speciesist, classist, ageist, dan -ist lainnya yang berfungsi menghina, istilah penghinaan atau tidak hormat pada karakter yang dituju. Perbandingan penggunaan jenis disfemisme yang ditemukan menunjukkan bahwa variasi penggunaan jenisnya hampir setara yaitu 6:5, hanya saja kemunculan data jauh lebih banyak dari media Instagram dibandingkan media X.