Penulis Utama | : | Natasya Excellia Putri |
NIM / NIP | : | D0320064 |
Aktivisme menjadi sarana yang digunakan oleh BTS ARMY untuk menyampaikan perhatiannya terhadap media. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis media sosial X/Twitter yang berfungsi sebagai ruang bagi BTS ARMY untuk melakukan aktivitasnya sebagai fans dan mengamati secara khusus bagaimana BTS ARMY membuktikan bahwa mereka dapat berubah menuju realisasi peran sosial-politiknya, melalui aktivismenya dalam gerakan White Paper Project sebagai perlawanan terhadap narasi dominan yang dibawa oleh media terhadap BTS. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami proses dan bentuk dari fan activism yang dilakukan BTS ARMY dalam keterlibatannya pada gerakan White Paper Project di X/Twitter. White Paper Project berkaitan dengan identitas BTS sebagai masyarakat Korea Selatan dalam meninjau kembali sejarah Korea Selatan yang erat kaitannya dengan imperialisme Jepang. Penelitian ini dikaji menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi digital. Sumber data diperoleh dari sumber data primer berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data sekunder berasal dari buku, jurnal, dan dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang serta melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Informan pada penelitian ini ditentukan menggunakan teknik purposive sampling. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Fan Activism Henry Jenkins. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa BTS ARMY melakukan proses fan activism di X/Twitter melalui 5 level aktivitas, yaitu mode of receptions, proses interpretatif, jaringan fans, produksi budaya fans, dan komunitas sosial alternatif. Kemudian, bentuk-bentuk fan activism yang dilakukan BTS ARMY di X/Twitter, yaitu melakukan kampanye tagar, melakukan kampanye utas, serta mendukung dan menyebarkan artikel edukatif yang membahas isu White Paper Project. Aktivisme yang dilakukan oleh BTS ARMY menunjukkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk berpartisipasi dan berinteraksi satu sama lain mengenai BTS dan menghapus posisi privilege dari media yang memegang narasi dominan terhadap BTS.