×
Kulit ikan layang yang berpotensi sebagai bahan baru kolagen dan dapat dikembangkan menjadi peptida kolagen (PK) dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakterisasi serta pengaruh peptida kolagen ikan layang biru dalam mempercepat penyembuhan luka secara in vivo. Isolasi kolagen dilakukan dengan perendaman NaOH 0,1 M selama 6 jam dilanjutkan dengan perendaman menggunakan asam asetat 0,5 M. Residu kolagen lalu direndam dalam asam asetat 0,5 M yang mengandung pepsin 0,1% dengan rasio 1:8 (b/v) selama 72 jam. Kolagen direndam aquades yang mengandung enzim collagenase II 1%. PK dikeringkan melalui metode freeze dry kemudian diukur rendemennya. Analisis selanjutnya itu SDS-PAGE, FTIR, serta pemberian peptida kolagen oral pada Mus musculus dengan 3 perlakuan berbeda yaitu kontrol, 0,3; 1,3 g/kg BB setiap hari. Kemudian dihitung pengurangan diameter luka dan diamati secara histologi deposisi jumlah kolagen pada area luka.Pada penelitian ini diperoleh kolagen dan PK yang tidak berbau dan larut air. Kolagen berwujud spons padat berwarna putih keabu-abuan dengan rendemen sebesar 6,39 ± 1,37% (b/b), pH 6,77 ± 0,26, dan diperoleh serbuk PK berwarna putih dengan rendemen sebesar 96% (b/b), pH 7 ± 0,16. Spektrum FTIR mendeteksi adanya lima gugus fungsi khas kolagen, yaitu Amida A (3424,76 cm-1), Amida B (2925,17 cm-1), Amida I (1651,14 cm-1), Amida II (1564,34 cm-1) dan Amida III ( 1240,28 cm-1). Analisis SDS-PAGE menunjukkan pita khas kolagen tipe I, antara lain, rantai α1 (~120 kDa), α2 (~100 kDa), dan β (~200 kDa). Kolagen memiliki berat molekul yang lebih tinggi (100-200 kDa) dibandingkan PK dengan berat 0,1-1,3 kDa. Perlakuan in vivo menunjukkan bahwa konsentrasi PK sebesar 0,3; 1,3 g/kg BB mampu mempercepat penyembuhan luka sebesar 43,13 ± 4,211; 78,86 ± 4,822 dan 45,57 ± 7,327; 89,55 ± 10,260 serta meningkatkan deposisi kolagen sebesar 54,80 ± 0,106; 52,05 ± 0,998;58,51 ± 0,417 dan 54,25 ± 9,673; 53,39 ± 0,226; 58,30 ± 2,927. Hasil ini menunjukan bahwa PK efektif dalam mempercepat penyembuhan luka dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.