Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan internalisasi nilai-nilai kebhinekaan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila. (2) mendeskripsikan hambatan dalam internalisasi nilai-nilai kebhinekaan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa, tempat dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh dan menyusun data penelitian adalah dengan wawancara, observasi serta studi dokumen. Untuk menguji validitas data digunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Sedangkan teknik analisis data menggunakan tahap-tahap sebagai berikut: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Adapun prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data, (3) tahap analisis data dan (4) tahap penyusunan laporan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) internalisasi nilai-nilai kebhinekaan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dilakukan melalui tiga tahap. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru menginformasikan nilai-nilai kepada peserta didik melalui metode ceramah. Tahap transaksi nilai, dilakukan dengan komunikasi dua arah yang bersifat interaksi timbal balik yakni dengan tanya jawab dan berdiskusi. Tahap transinternalisasi nilai, tahap ini yang berperan aktif yakni komunikasi kepribadian. Guru menjadi teladan bagi peserta didik dengan mengajarkan nilai yang baik dan memberi contoh. Internalisasi nilai kebhinekaan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dapat membentuk habitus peserta didik. Sesuai dengan teori habitus Piere Bourdieu yang menyatakan bahwa habitus dibentuk oleh pengalaman dan pengajaran yang eksplisit. Habitus yang muncul pada peserta didik tersebut merupakan hasil penerimaan nilai-nilai kebhinekaan. (2) Dalam internalisasi nilai terdapat hambatan baik itu berasal dari peserta didik maupun dari sarana prasarana. Hambatan tersebut antara lain peserta didik belum bisa menerapkan nilai-nilai kebhinekaan, kondisi kelas yang ramai, dan minimnya sumber bacaan peserta didik.