×
Telur ayam menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat sebagai bahan
pangan sumber protein yang disukai banyak orang, memiliki gizi lengkap, mudah
dicerna dan memiliki harga yang relatif terjangkau. Berbagai strain atau galur ayam
dari petelur telah dikembangkan oleh para ahli genetik dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas, Dua strain ayam petelur yang kerap dibudidayakan di
Indonesia adalah Lohmann Brown dan Hyline Brown. Kedua strain ini memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga masing-masing strain memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemahaman mengenai perbedaan
kedua strain tersebut sangat penting bagi peternak dalam memilih dan
mengembangkan ayam petelur yang sesuai dengan kondisi dan tujuan usaha.
Perbandingan kedua strain ini akan berfokus pada produktivitas dan kualitas
eksternal telurn yang dimiliki dengan mengambil sampel produktivitas dari 2
kandang yang berbeda namun dengan kondisi dan perlakuan yang relatif sama,
sampel produktivitas diambil dari 8 minggu pemeliharaan pada umur 27 – 34
minggu. Sampel telur yang digunakan merupakan telur dari ayam peterur dengan
rentang umur 37 – 42 minggu pada fase layer, sampel yang digunakan berjumlah
60 butir telur dari masing-masing strain guna membandingkan bobot telur, bentuk
telur dan indeks telur masing-masing strain. Hasil studi kasus ini diharapkan
mampu memberikan informasi bagi peternak dalam memilih strain yang sesuai
dengan kebutuhan usahanya. Hasil yang didapatkan pada perbandingan
produktivitas dan kualitas eksternal telur dari Lohmann Brown dan Hy-Line Brown menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0>Hy-Line Brown
memiliki produktivitas yang lebih baik dengan nilai HDP dapat mencapai 96,7% dengan FCR 2,09. Hy-line Brown juga memiliki kualitas eksternal yang lebih baik
dibandingkan dengan Lohmann Brown.