Cabai rawit (Capsicum frutenscens L.) merupakan jenis tanaman semusim, yang tumbuh sebagai perdu. Tanaman ini memiliki permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Namun, permasalahan hama dan penyakit kerap menjadi penyebab kualitas dan kuantitas produksi cabai rawit menurun. Salah satu upaya untuk mencegah adanya hama dan penyakit pada tanaman adalah dengan dilakukan tindakan pencegahan preventif OPT. Pencegahan ini dilakukan dengan menggunakan agen pengendali hayati. Tujuan tugas akhir ini adalah mengkaji proses budidaya tanaman cabai rawit, mengkaji dosis dan penggunaan agen pengendali hayati, dan menganalisis usahatani pada hasil budidaya cabai rawit. Tugas akhir ini dilaksanakan di Desa Pendem Wetan, RT 02/RW 05, Suruh, Tasikmadu, Karanganyar dengan ketinggian lokasi 120-240 mdpl, suhu 20-33 °C, kelembaban udara sekitar 74- 91%, dan curah hujan 1.727 mm/tahun. Budidaya dilakukan dengan menggunakan polybag untuk mengoptimalkan lahan yang sempit. Hasil budidaya cabai rawit dengan polybag dari awal hingga akhir diasumsikan menghasilkan produksi 50 Kg/200 polybag. Cabai rawit dipanen pada umur 80 HST dengan berat rata-rata 2 Kg/panen. Proses pemasaran cabai rawit dilakukan kepada mitra yaitu warung sayur segar dan konsumen langsung. Berdasarkan analisis usahatani yang telah dilakukan, cabai rawit mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1.950.000, sedangkan keuntungan yang didapatkan yaitu sebesar Rp 582.775. Harga jual produk diperoleh sebesar Rp 39.000/kg, dengan keuntungan sebesar 13.000/kg. Harga jual cabai rawit ini telah sesuai dengan harga cabai yang fluktuatif per akhir Mei hingga pertengahan Juli. Analisis R/C Ratio tanaman cabai rawit yaitu 1,4, dimana usahatani ini layak untuk dilanjutkan. Sedangkan B/C Ratio cabai rawit ini adalah 0,45 yang berarti usahatani ini merupakan usaha yang menguntungkan. Penjualan mengalami BEP (titik impas) pada saat penjualan produk mencapai 32,5kg, sedangkan BEP harga yaitu Rp 26.000/kg, dan BEP penerimaan sebesar Rp 522.450.