Kedelai adalah komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi danjagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalamrangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.Peningkatan permintaan perlu diiringi juga dengan peningkatan produksi kedelai. Salahsatu upaya mewujudkan hal tersebut adalah melakukan budidaya di lahan kering.Diperlukan ekstensifikasi lahan pertanian sebagai solusi maraknya alih fungsi lahanpertanian menjadi jalan tol, perumahan, dll. Tanah kering dapat menjadi solusi dalamekstensifikasi lahan namun memiliki tingkat kesuburan yang rendah, sehinggadiperlukan pembenah tanah seperti biochar sebagai penahan kandungan air dan pupukoganik sebagai penyedia unsur hara. Selain itu, pola tanam tumpangsari dapatditerapkan sebagai solusi berkurangnya lahan pertanian.Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2023 di Resort PengelolaanHutan (RPH), Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, DaerahIstimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan Rancagan Acak Kelompok Lengkap(RAKL) faktorial. Faktor pertama berupa dosis biochar tempurung kelapa yang terdiridari 2 macam, yaitu B0 = tanpa biochar tempurung kelapa, dan B1 = biochar tenpurungkelapa dosis 15 ton/ha. Faktor kedua berupa dosis perbandingan pupuk yang terdiri dari3 macam, yaitu K1 : 0% pupuk kandang sapi: 100% urea, K2 : 50% pupuk kandang sapi:50% urea, dan K3 : 100% pupuk kandang sapi: 0% urea. Faktor ketiga berupa polatanam yang terdiri dari 2 macam, yaitu T2 : tumpangsari tanaman sorgum dan tanamankedelai, dan T3 : monokultur tanaman kedelai. Faktor tersebut dikombinasikan sehinggadidapatkan 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan. Variabel pengamatan meliputiintensitas cahaya (lux), kelembapan relatif (%),suhu (oC), curah hujan (mm/bulan), tinggitanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah cabang (tangkai), umur berbunga (HST),berat kering brangkasan (g), jumlah bintil akar (bintil), jumlah bintil akar efektif (bintil),jumlah polong (buah). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam(ANOVA), dan apabila berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan’sMultiple Range Test dengan taraf 5%. Selanjutnya, dilakukan analisis korelasi untukmengetahui hubungan antar variabel pertumbuhan dan hasil tanaman.Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara biochar 15 ton/ha, dosis pupukkandang sapi 100% : urea 0?ngan pola tanam monokultur menghasilkan jumlahpolong paling baik (28,4 polong) dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara tanpabiochar dengan pola tanam tumpangsari menghasilkan tinggi tanaman paling baik(58,82 cm), interaksi antara biochar 15 ton/ha dengan pola tanam tumpangsarimenghasilkan umur berbunga paling baik (0,49 HST), interaksi antara biochar 15 ton/hadengan pola tanam monokultur menghasilkan jumlah cabang paling baik (6 tangkai)dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan pola tanam monokultur memberikan hasiljumlah daun terbaik (31,44 helai), bobot kering brangkasan terbaik (4,34 g), jumlah bintilakar terbaik (3,3 bintil), dan jumlah bintil akar efektif terbaik (1,42 bintil) dibandingkantumpangsari. Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui bahwa interaksiperlakuan pemberian dosis biochar dengan 100% pupuk kandang sapi pada pola tanammonokultur memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan hasil kedelai.