Penulis Utama : Iwan Fathoni
NIM / NIP : K8419049
× <p class="MsoNormal" xss=removed><span lang="FI" xss=removed>Penelitian ini mengkaji suatu fenomena yang sedang berkembang dikalangan anak muda mengenai aktivitas berbelanja pakaian bekas impor atau yang sering disebut dengan <i>thrifting</i>.Tujuan dari penelitian ini adalah </span><span xss=removed>untuk menganalisis esensi dan makna dari praktik <i>thrifting</i> yang dilakukan oleh anak muda di Pasar Legi Jatinom Klaten. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian etnografis. </span><span xss=removed>Pemilihan informan dilakukan dengan cara menggunakan teknik <i>purposive</i>. Sementara itu, dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis etnografi Creswell. </span><span xss=removed>Penelitian ini menggunakan teori konsumerisme Jean Baudrillard.</span><span lang="FI" xss=removed> Hasil dari penelitian menunjukkan </span><span lang="FI" xss=removed>bahwa praktik <i>thrifting</i> tidak hanya menjadi aktivitas membeli dan mengonsumsi pakaian bekas impor saja akan tetapi lebih dari itu praktik <i>thrifting</i> memiliki makna tersendiri bagi para anak muda dimana <i>thrifting</i> memiliki makna sebagai serangkaian proses yang kompleks kaitannya  dalam hal mode <i>fashion</i>. Dalam praktik <i>thrifting</i>, para konsumen tidak hanya memakai pakaian bekas impor yang mereka beli berdasarkan nilai fungsional saja, akan tetapi lebih dari itu </span><span lang="FI" xss=removed>bahwa konsumsi pakaian bekas impor yang dilakukan oleh anak muda ketika <i>thrifting</i> juga ditentukan oleh seperangkat hasrat untuk mendapatkan status, penghormatan, <i>prestice</i>, dan konstruksi identitas melalui suatu “mekanisme penandaan”. Pakaian bekas yang dinilai oleh sebagian orang secara negatif ternyata memiliki nilai tersendiri bagi para pelaku <i>thrifting</i> di mana hal ini tidak terlepas dari simulasi yang membuat pakaian thrift dipresentasikan sebagai sebuah hal yang unik, <i>luxury</i> atau <i>vintage</i> yang menciptakan sebuah hiperrealitas di mana nilai barang tidak lagi berhubungan dengan kondisi atau fungsi aslinya akan tetapi memiliki citra dan fungsi tersendiri bagi para penggemarnya yang merepresentasikan sebuah kemewahan untuk membuat suatu diferensiasi dan membedakan kelas sosial.<o></o></span></p>