Pesan Toleransi Hamid Fahmy Zarkasy Wacana Peta Pemikiran Islam Di Indonesia
Penulis Utama
:
Rifki Aulia
NIM / NIP
:
S232008012
×<p class="MsoBodyText" xss=removed><span lang="id">Penelitian

ini merupakan analisis wacana tentang pemikiran Hamid Fahmy Zarkasyi mengenai

konsep moderasi Islam. Konsep moderasi ini kemudian diadaptasi<span xss=removed> </span>oleh<span xss=removed> </span>Kemenag<span xss=removed> </span>RI<span xss=removed> </span>sebagai<span xss=removed> </span>acuan<span xss=removed>

</span>dalam<span xss=removed> </span>kehidupan<span xss=removed> </span>moderasi<span xss=removed>

</span>beragama<span xss=removed> </span>di Indonesia. Konsep

moderasi ala Kemenag RI memicu kontroversi dan kritik dari Hamid Fahmy Zarkasyi.

Hamid Fahmy Zarkasyi dikenal sebagai cendekiawan Muslim Indonesia yang gencar

menyuarakan perang pemikiran terhadap liberalisme<span xss=removed> </span>dan<span xss=removed> </span>orientalisme<span xss=removed> </span>melalui<span xss=removed>

</span>karya<span xss=removed> </span>tulisannya<span xss=removed> </span>maupun<span xss=removed>

</span>lembaga<span xss=removed> </span>dan<span xss=removed> </span>gerakan sosial yang dijalankan.

Penelitian ini berfokus kepada bagaimana analisis wacana Hamid mengenai konsep

moderasi melalui tulisan-tulisannya. Sebagai komunikator, Hamid menyuarakan

wacananya mengenai konsep moderasi Islam melalui tulisan-tulisannya yang

tercantum dalam buku ‘Misykat: Refleksi tentang Liberalisasi,<span xss=removed> </span>Westernisasi,<span xss=removed> </span>dan<span xss=removed> </span>Islam’.<span xss=removed> </span>Menggunakan<span xss=removed> </span>teori<span xss=removed> </span>analisis<span xss=removed> </span>wacana<span xss=removed>

</span>Norman Fairclough, penulis membedah satu-persatu wacana melalui analisis

teks dari tiga teks tentang moderasi yang ditulis oleh Hamid. Secara garis

besar, Hamid menggunakan<span xss=removed> </span>kata-kata

kritik dan<span xss=removed> </span>sanggahan<span xss=removed> </span>dalam<span xss=removed> </span>tulisannya

dalam<span xss=removed> </span>menanggapi konsep moderasi<span xss=removed> </span>ala<span xss=removed> </span>Barat.<span xss=removed> </span>Komunikator<span xss=removed> </span>juga membandingkan<span xss=removed> </span>pendapat-pendapat

beberapa<span xss=removed> </span>cendekiawan<span xss=removed> </span>Barat yang juga merefleksikan<span xss=removed> </span>perbedaan<span xss=removed>

</span>pendapat tentang moderasi. Menyimpulkan wacana bahwa konsep moderasi itu

sendiri bermasalah. Pada<span xss=removed> </span>tahap

praktik wacana ditemukan<span xss=removed> </span>bahwa

produsen<span xss=removed> </span>teks, INSISTS, merupakan

sebuah lembaga yang bergerak pada bidang pemikiran Islam dan banyak mengkritik

pemikiran-pemikiran Barat dan mengklarifikasi dan merumuskan kembali konsep dan

metodologi dalam khazanah pemikiran dan peradaban Islam. Pada level sosiokultural

terlihat bahwa munculnya konsep moderasi ala Barat memicu komunikator untuk

menuliskan wacananya mengenai konsep moderasi dalam tulisan. Lebih lanjut,

munculnya buku Moderasi Beragama oleh Kemenag juga<span xss=removed> </span>memunculkan<span xss=removed> </span>wacana<span xss=removed> </span>yang<span xss=removed> </span>tidak<span xss=removed> </span>jauh<span xss=removed> </span>berbeda<span xss=removed> </span>dari<span xss=removed> </span>konsep<span xss=removed> </span>moderasi<span xss=removed>

</span>ala<span xss=removed> </span>Barat. Hasil penelitian

menunjukkan, bahwa komunikator dalam wacana-wacana yang disampaikan melalui

tulisan-tulisannya menjelaskan bahwa komunikator tidak setuju<span xss=removed> </span>dengan<span xss=removed>

</span>wacana<span xss=removed> </span>moderasi<span xss=removed> </span>secara<span xss=removed>

</span>umum.<span xss=removed> </span>Karena<span xss=removed> </span>menurut<span xss=removed>

</span>Hamid,<span xss=removed> </span>Islam<span xss=removed> </span>sudah memiliki<span xss=removed> </span>konsep moderasi yang disebut wasathiyah. Wasathiyah sendiri

memiliki konsep dan definisi epistimologis yang berbeda dengan konsep moderat

yang dibawakan oleh Barat. Sehingga toleransi dalam Islam bukan diartikan

seabgai menghargai<span xss=removed> </span>dan<span xss=removed> </span>menghormati<span xss=removed> </span>agama<span xss=removed> </span>lain,<span xss=removed> </span>tetapi<span xss=removed>

</span>tidak<span xss=removed> </span>mengganggu,<span xss=removed> </span>tidak<span xss=removed> </span>merusak,

dan membiarkan saat agama lain melaksanakan ritual keagamaannya.</span></p>
×
Penulis Utama
:
Rifki Aulia
Penulis Tambahan
:
-
NIM / NIP
:
S232008012
Tahun
:
2024
Judul
:
Pesan Toleransi Hamid Fahmy Zarkasy Wacana Peta Pemikiran Islam Di Indonesia