Setiap penurunan satu unit beban kerja akan meningkatkan kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi sebesar 0,186 (β = 0,186; p = 0,027 < 0>β = 0,457; p = 0,000 < 0>β = 0,291; p = 0,000 < 0>β = 0,533; p = 0,000 < 0>β = 0,202; p = 0,018 < 0>β = 0,613; p = 0,000 < 0> Sementara secara tidak langsung terdapat pengaruh positif yang signifikan pelatihan PCo preeklamsi terhadap kinerja bidan yang dimediatori oleh kompetensi PCo preeklamsi (hasil Sobel test 2,972 > 1,96, SE: 1,724, p = 0,003 < 0> 1,96, SE: 0,359, p = 0,029 < 0>Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan supervisi pimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo Preeklamsi. Irwin et al. (2019) menyebutkan bahwa lama kerja tidak selalu berbanding positif dengan kinerja karena pengalaman kerja yang dimiliki individu sangat dipengaruhi aktivitas kerjanya. Bidan dengan masa kerja lama namun tidak pernah melakukan penatalaksanaan preeklamsi maka tidak memiliki pengalaman melakukan aktifitas penanganan kasus preeklamsi sehingga berdampak pada kompetensi dan kinerja yang rendah. Syamsiedi et al. (2018) mengatakan bahwa supervisi tidak berhubungan dengan kinerja bidan. Upaya pimpinan dalam memahami, menerima dan memotivasi bidan melalui pendekatan kepribadian dalam supervisi akan lebih mempengaruhi subyek. Oleh karena itu kegiatan supervisi pimpinan yang sudah ada harus ditingkatkan melalui regulasi yang jelas, dengan memperhatikan perdekatan personal dan umpan balik kepada bidan yang disupervisi agar dapat meningkatkan kinerja bidan. Maka dari itu model kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo Preeklamsi yang tepat dapat dirumuskan dengan mempertahankan dan meningkatkan variabel yang berpengaruh langsung terhadap kinerja bidan yakni pengaturan beban kerja, motivasi kerja, kompetensi PCo Preeklamsi, serta mempertahankan variabel yang berpengaruh tidak langsung yakni pelatihan PCo Preeklamsi dan eksistensi regulasi. Kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo sangat penting, akan tetapi bidan menjadi kurang berdaya tanpa dukungan dari semua pihak, maka dari itu, dukungan yang kuat dari pemerintah, dinas kesehatan, pimpinan puskesmas, organisasi profesi dan masyarakat sangat diperlukan. Dukungan dapat berupa berbagai sumber daya baik moril, materil, maupun finansial. Nilai kebaruan dari hasil penelitian ini yaitu: (1) Secara teoritis gabungan Teori Precede-Proceed, yang di kombinasi dengan Teori kompetensi penyedia layanan kesehatan dalam modul kompetensi praktik kebidanan WHO dan Teori Kinerja Gibson dapat digunakan secara bersama-sama untuk merumuskan model kinerja bidan, sebagai upaya meningkatkan dan mengendalikan status kesehatan dalam hal ini insiden preeklamsi pada ibu nifas; (2) secara praktis, hasil penelitian selain menghasilkan solusi baru berupa model kinerja bidan dalam upaya penurunan preeklamsi juga menghasilkan luaran lain berupa (a) Modul Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi; (b) Instrumen pengukur kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi; (c) Model Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi bagi bidan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, pada Studi Satu meski terbukti efektifitas pelatihan PCo Preeklamsi dalam meningkatkan kompetensi PCo bidan, meningkatkan kinerja bidan dan menurunkan insiden preeklamsi namun perlu dinilai kembali dalam kurun waktu satu tahun baik pada kelompok kontrol maupun intervensi. Pada Studi Dua belum melihat efektifitas model kinerja bidan yang telah dirumuskan terhadap penurunan insiden preeklamsi. Oleh karenanya perlu penelitian lanjutan, salah satunya melakukan uji coba model kinerja bidan yang dihasilkan oleh penelitian ini terkait efektifitasnya dalam penurunan insiden preeklamsi" /> Model Kinerja Bidan dalam Upaya Penurunan Insiden Preeklamsi Melalui Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) di Kabupaten Banyumas Setiap penurunan satu unit beban kerja akan meningkatkan kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi sebesar 0,186 (β = 0,186; p = 0,027 < 0>β = 0,457; p = 0,000 < 0>β = 0,291; p = 0,000 < 0>β = 0,533; p = 0,000 < 0>β = 0,202; p = 0,018 < 0>β = 0,613; p = 0,000 < 0> Sementara secara tidak langsung terdapat pengaruh positif yang signifikan pelatihan PCo preeklamsi terhadap kinerja bidan yang dimediatori oleh kompetensi PCo preeklamsi (hasil Sobel test 2,972 > 1,96, SE: 1,724, p = 0,003 < 0> 1,96, SE: 0,359, p = 0,029 < 0>Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan supervisi pimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo Preeklamsi. Irwin et al. (2019) menyebutkan bahwa lama kerja tidak selalu berbanding positif dengan kinerja karena pengalaman kerja yang dimiliki individu sangat dipengaruhi aktivitas kerjanya. Bidan dengan masa kerja lama namun tidak pernah melakukan penatalaksanaan preeklamsi maka tidak memiliki pengalaman melakukan aktifitas penanganan kasus preeklamsi sehingga berdampak pada kompetensi dan kinerja yang rendah. Syamsiedi et al. (2018) mengatakan bahwa supervisi tidak berhubungan dengan kinerja bidan. Upaya pimpinan dalam memahami, menerima dan memotivasi bidan melalui pendekatan kepribadian dalam supervisi akan lebih mempengaruhi subyek. Oleh karena itu kegiatan supervisi pimpinan yang sudah ada harus ditingkatkan melalui regulasi yang jelas, dengan memperhatikan perdekatan personal dan umpan balik kepada bidan yang disupervisi agar dapat meningkatkan kinerja bidan. Maka dari itu model kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo Preeklamsi yang tepat dapat dirumuskan dengan mempertahankan dan meningkatkan variabel yang berpengaruh langsung terhadap kinerja bidan yakni pengaturan beban kerja, motivasi kerja, kompetensi PCo Preeklamsi, serta mempertahankan variabel yang berpengaruh tidak langsung yakni pelatihan PCo Preeklamsi dan eksistensi regulasi. Kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo sangat penting, akan tetapi bidan menjadi kurang berdaya tanpa dukungan dari semua pihak, maka dari itu, dukungan yang kuat dari pemerintah, dinas kesehatan, pimpinan puskesmas, organisasi profesi dan masyarakat sangat diperlukan. Dukungan dapat berupa berbagai sumber daya baik moril, materil, maupun finansial. Nilai kebaruan dari hasil penelitian ini yaitu: (1) Secara teoritis gabungan Teori Precede-Proceed, yang di kombinasi dengan Teori kompetensi penyedia layanan kesehatan dalam modul kompetensi praktik kebidanan WHO dan Teori Kinerja Gibson dapat digunakan secara bersama-sama untuk merumuskan model kinerja bidan, sebagai upaya meningkatkan dan mengendalikan status kesehatan dalam hal ini insiden preeklamsi pada ibu nifas; (2) secara praktis, hasil penelitian selain menghasilkan solusi baru berupa model kinerja bidan dalam upaya penurunan preeklamsi juga menghasilkan luaran lain berupa (a) Modul Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi; (b) Instrumen pengukur kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi; (c) Model Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi bagi bidan. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, pada Studi Satu meski terbukti efektifitas pelatihan PCo Preeklamsi dalam meningkatkan kompetensi PCo bidan, meningkatkan kinerja bidan dan menurunkan insiden preeklamsi namun perlu dinilai kembali dalam kurun waktu satu tahun baik pada kelompok kontrol maupun intervensi. Pada Studi Dua belum melihat efektifitas model kinerja bidan yang telah dirumuskan terhadap penurunan insiden preeklamsi. Oleh karenanya perlu penelitian lanjutan, salah satunya melakukan uji coba model kinerja bidan yang dihasilkan oleh penelitian ini terkait efektifitasnya dalam penurunan insiden preeklamsi" />

Penulis Utama : Susilo Rini
NIM / NIP : T642108006
×

Susilo Rini. T642108006. Model Kinerja Bidan dalam Upaya Penurunan Insiden Preeklamsi Melalui Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) di Kabupaten Banyumas. Pembimbing (Promotor: Prof. Dr. Soetrisno, Sp.OG (K)), (Ko Promotor I: Prof. Dr. Suminah, MSi), (Ko Promotor II: Dr. Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si). Program Studi Doktor Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat Minat Utama Promosi Kesehatan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

 

RINGKASAN

Angka Kematian Ibu (AKI) akibat preeklamsi mencapai 14 persen di seluruh dunia. Sejalan dengan hal tersebut data Kementerian Kesehatan RI menyebutkan penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah preeklamsi sebesar 32 persen. Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2022 juga menunjukkan bahwa 50,7 persen kematian ibu terjadi pada masa nifas, dengan penyebab tertinggi non covid adalah akibat hipertensi/preeklamsi sebanyak 16 persen. Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten dengan angka kematian ibu pada masa nifas tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2022 yang mencapai 17 kasus (70,8 persen), dengan penyebab tertinggi adalah preeklamsi (66,7 persen). Meskipun AKI akibat preeklamsi pada masa nifas cukup tinggi, namun belum terdapat program khusus pencegahan dan penanganan preeklamsi pada masa nifas. Kebijakan nasional Kunjungan Nifas (KF) oleh bidan memberikan asuhan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan involusi, pemantauan trias nifas (perdarahan, infeksi dan trauma jalan lahir), pemberian kapsul vitamin A, anjuran ASI eksklusi, dan pelayanan KB pascapersalinan sementara deteksi dini preeklamsi hanya dilakukan jika ada tanda gejala atau keluhan dari ibu nifas. Hal ini memberi celah tidak terdeteksinya kasus preeklamsi pada masa nifas. Oleh karena itu, perlu penguatan upaya pencegahan tanpa harus menunggu munculnya tanda gejala preeklamsi.

Pergeseran paradigma pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer menjadi bagian penting dari praktik kebidanan. Terapi komplementer menyediakan modalitas baru pencegahan preeklamsi tanpa harus menunggu gejala muncul. Hasil penelitian menyebutkan aromatherapi lavender, warm footbath, slow stroke back massage dan terapi fisik terbukti mampu menurunkan/mencegah terjadinya preeklamsi. Meski demikian hal ini, belum banyak diketahui dan diimplementasikan karena keterbatasan sumberdaya manusia yang mempengaruhi kinerja bidan dalam pencegahan dan penanganan preeklamsi melalui terapi komplementer. Hasil penelitian Muflihah dkk, tentang pelaksanaan terapi komplementer kebidanan di Kabupaten Banyumas tahun 2021, menunjukkan dari 192 bidan hanya 8,85 persen yang menerapkan terapi komplementer, namun 95,31 persennya belum mengikuti pelatihan resmi. Hal ini juga berdampak pada kurang optimalnya kinerja bidan dalam pencegahan/penanganan preeklamsi melalui terapi komplementer. Kinerja bidan dipengaruhi oleh motivasi (gaji, remunerasi, dukungan, kesempatan, keamanan, pengakuan, penghargaan, promosi dan peralatan), iuran organisasi, pengalaman manajer, sosiodemografi, supervisi, beban kerja, psychological empowerment, task commitment, pelatihan, dan kompetensi. Namun hingga saat ini belum ada model peningkatan kinerja bidan melalui pelatihan terapi komplementer dalam upaya penurunan preeklamsi pada ibu nifas.

Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya model kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo). Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena memiliki orisinalitas pada: (1) tujuan penelitian ini terdiri dari Studi Satu untuk mengembangkan model pelatihan PCo Preeklamsi dan Studi Dua untuk membangun model kinerja bidan, (2) lingkup variabel dalam penelitian ini memiliki empat variabel terukur pada Studi Satu dan delapan variabel terukur pada Studi Dua.

Desain penelitian ini terdiri dari dua studi penelitian yakni Studi Satu (penelitian RnD dengan pendekatan ADDIE) dan Studi Dua (penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional). Populasi yaitu bidan puskesmas aktif di wilayah Kabupaten Banyumas sejumlah 1278 orang. Sampel Studi Satu: tahap analisis berupa penelitian kualitatif dengan enam bidan sebagai informan kunci, dan enam stakeholder terkait sebagai informan pendukung, pada tahap development uji pakar dan uji coba terbatas dengan 30 bidan, dan pada tahap implementasi dengan 66 bidan, sedangkan sampel Studi Dua sejumlah 133 bidan. Teknik sampling menggunakan multistage random sampling. Variabel penelitian pada Studi Satu tahap implementasi terdiri dari variabel bebas yakni pemberian pelatihan PCo Preeklamsi dan variabel terikat kompetensi PCo, kinerja bidan, dan penurunan insiden preeklamsi, sedangkan pada Studi Dua variabel eksogen meliputi pelatihan PCo Preeklamsi, pengalaman kerja, regulasi, beban kerja, kompetensi PCo, motivasi kerja dan supervisi. Variabel endogen meliputi kompetensi PCo, motivasi kerja, supervisi dan kinerja bidan.

Instrumen penelitian menggunakan panduan indepth interview, panduan FGD, lembar observasi dan kuesioner dalam bentuk skala likert. Analisis data Studi Satu berdasarkan tahapan ADDIE: (1) Analysis: studi literatur dan penelitian kualitatif (2) design, (3) development dengan uji pakar menggunakan V Aikens dan uji terbatas (menggunakan uji beda independent t-test-mann withney), (4) implementasi (menggunakan uji beda: independent t-test-mann withney), (5) Evaluasi, menggunakan paired t-test-wilcoxon. Pada Studi Dua menggunakan path analysis melalui tahapan: (1) spesifikasi model, (2) identifikasi model, (3) kesesuaian model, (4) estimasi parameter dan (5) respesifikasi model.

Hasil penelitian Studi Satu pada setiap tahapan: (1) Analisis: merupakan penelitian kualitatif dengan karakteristik informan utama enam bidan dan enam informan pendukung yaitu ibu nifas preeklamsi, Bidan Koordinator Puskesmas, Kepala Puskesmas, Ketua IBI, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat serta Kepala Sub Koordinator Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Hasil analisis kualitatif, menemukan empat tema utama dari hasil indepth interview, yakni (a) pengetahuan, sikap, pengalaman kerja bidan dalam penatalaksaan preeklamsi dan pemberian PCo pada ibu nifas, (b) diskrepansi antara kinerja standar dan aktual yang dimiliki bidan dalam mengoptimalkan asuhan untuk pencegahan preeklamsi pada masa nifas, (c) materi, sumber, waktu, metode, media, tempat dan legalitas pelatihan PCo Preeklamsi, (d) tantangan/hambatan serta dukungan solusi dalam penerapan hasil pelatihan PCo Preeklmasi, dan tiga tema utama hasil FGD yang melengkapi hasil indepth interview, yakni,  (b) diskrepansi antara kinerja standar dan aktual yang dimiliki bidan dalam mengoptimalkan asuhan untuk pencegahan preeklamsi pada masa nifas, (c) materi, sumber, waktu, metode, media, tempat dan legalitas pelatihan PCo Preeklamsi, (d) tantangan/hambatan serta dukungan solusi dalam penerapan hasil pelatihan PCo Preeklmasi; (2) Design, membuat produk model pelatihan PCo Preeklamsi yang dilengkapi kurikulum dan video pembelajaran. (3) Development dengan uji pakar dan uji terbatas (menggunakan independent t-test dan mann whitney), hasil V Aiken’s penilaian empat pakar dan satu bidan, berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai rerata 0,95, begitu juga pada uji terbatas, hasil uji independent t-test menunjukkan ada perbedaan kompetensi antara kedua kelompok (p value 0,003 < 0>lebih tinggi pada kelompok intervensi. Hasil uji mann whitney juga menunjukkan ada perbedaan kinerja antara kedua kelompok (p value 0.007 < 0>lebih tinggi pada kelompok intervensi, sehingga model dinyatakan valid, (4) Implementasi, model penelitian diterapkan dengan uji beda dua kelompok yakni 33 bidan kelompok kontrol dan 33 bidan kelompok intervensi, hasil independent t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan kinerja antara kelompok kontrol dan intervensi (nilai p value 0,030 < 0>) dengan selisih mean antar kelompok sebesar 11,394 lebih tinggi pada kelompok intervensi. Hasil uji mann whitney juga menunjukkan bahwa ada perbedaan kompetensi antara kelompok kontrol dan intervensi (nilai p value 0.000 < 0>dengan selisih mean antar kelompok sebesar 20,7 lebih tinggi pada kelompok intervensi, (5) Evaluasi, hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai P 0,006 < 0>Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi terbukti dapat menurunkan insiden preeklamsi pada ibu nifas. Berdasarkan evaluasi dari setiap tahapan maka model pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi layak dan dapat diterapkan sebagai pedoman pelatihan untuk meningkatkan kompetensi PCo Preeklamsi dan kinerja bidan dalam upaya menurunkan insiden preeklamsi pada ibu nifas.

Studi Dua: menunjukkan bahwa karakteristik bidan mayoritas berusia lebih dari sama dengan 42 tahun (51,1%) dengan pendidikan terakhir mayoritas adalah D3 Kebidanan (60,9%). Analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar bidan belum pernah mengikuti pelatihan PCo Preeklamsi (75,19%), dan mayoritas memiliki pengalaman kerja kurang dari 20 tahun (51,1%). Dukungan regulasi terkait PCo mayoritas mengatakan cukup baik (77,44%). Sebagian besar bidan memiliki beban kerja cukup (60,90%), kompetensi PCo Preeklamsi cukup (53,38%), motivasi kerja cukup (63,91%), supervisi pimpinan cukup (69,17%) dan kinerja bidan yang juga mayoritas cukup baik (63,16%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa semakin baik skor beban kerja, motivasi kerja, dan kompetensi PCo Preeklamsi maka semakin baik kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi. Semakin baik skor pelatihan PCo maka semakin baik kompetensi PCo Preeklamsi yang dimiliki bidan, begitu juga semakin baik skor regulasi maka semakin baik pula motivasi kerja dan supervisi pimpinan.

Hasil analisis jalur (path analysis) menunjukkan goodness of fit measure (pengukuran kecocokan model) diperoleh nilai fit index (indeks kecocokan) CMIN sebesar 9,124 dengan nilai p value 0,104 > 0,05, GFI= 0,983 > 0,90, NFI= 0,965 > 0,90, CFI= 0,982 > 0,95 dan RMSEA= 0,079 < 0 name="_Hlk177306019">Setiap penurunan satu unit beban kerja akan meningkatkan kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi sebesar 0,186 (β = 0,186; p = 0,027 < 0>β = 0,457; p = 0,000 < 0>β = 0,291; p = 0,000 < 0>β = 0,533; p = 0,000 < 0>β = 0,202; p = 0,018 < 0>β = 0,613; p = 0,000 < 0> Sementara secara tidak langsung terdapat pengaruh positif yang signifikan pelatihan PCo preeklamsi terhadap kinerja bidan yang dimediatori oleh kompetensi PCo preeklamsi (hasil Sobel test 2,972 > 1,96, SE: 1,724, p = 0,003 < 0> 1,96, SE: 0,359, p = 0,029 < 0>

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan supervisi pimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo Preeklamsi. Irwin et al. (2019) menyebutkan bahwa lama kerja tidak selalu berbanding positif dengan kinerja karena pengalaman kerja yang dimiliki individu sangat dipengaruhi aktivitas kerjanya. Bidan dengan masa kerja lama namun tidak pernah melakukan penatalaksanaan preeklamsi maka tidak memiliki pengalaman melakukan aktifitas penanganan kasus preeklamsi sehingga berdampak pada kompetensi dan kinerja yang rendah. Syamsiedi et al. (2018) mengatakan bahwa supervisi tidak berhubungan dengan kinerja bidan. Upaya pimpinan dalam memahami, menerima dan memotivasi bidan melalui pendekatan kepribadian dalam supervisi akan lebih mempengaruhi subyek. Oleh karena itu kegiatan supervisi pimpinan yang sudah ada harus ditingkatkan melalui regulasi yang jelas, dengan memperhatikan perdekatan personal dan umpan balik kepada bidan yang disupervisi agar dapat meningkatkan kinerja bidan. Maka dari itu model kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo Preeklamsi yang tepat dapat dirumuskan dengan mempertahankan dan meningkatkan variabel yang berpengaruh langsung terhadap kinerja bidan yakni pengaturan beban kerja, motivasi kerja, kompetensi PCo Preeklamsi, serta mempertahankan variabel yang berpengaruh tidak langsung yakni pelatihan PCo Preeklamsi dan eksistensi regulasi. Kinerja bidan dalam upaya penurunan insiden preeklamsi melalui pelatihan PCo sangat penting, akan tetapi bidan menjadi kurang berdaya tanpa dukungan dari semua pihak, maka dari itu, dukungan yang kuat dari pemerintah, dinas kesehatan, pimpinan puskesmas, organisasi profesi dan masyarakat sangat diperlukan. Dukungan dapat berupa berbagai sumber daya baik moril, materil, maupun finansial.

Nilai kebaruan dari hasil penelitian ini yaitu: (1) Secara teoritis gabungan Teori Precede-Proceed, yang di kombinasi dengan Teori kompetensi penyedia layanan kesehatan dalam modul kompetensi praktik kebidanan WHO dan Teori Kinerja Gibson dapat digunakan secara bersama-sama untuk merumuskan model kinerja bidan, sebagai upaya meningkatkan dan mengendalikan status kesehatan dalam hal ini insiden preeklamsi pada ibu nifas; (2) secara praktis, hasil penelitian selain menghasilkan solusi baru berupa model kinerja bidan dalam upaya penurunan preeklamsi juga menghasilkan luaran lain berupa (a) Modul Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi; (b) Instrumen pengukur kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi; (c) Model Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) Preeklamsi bagi bidan.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, pada Studi Satu meski terbukti efektifitas pelatihan PCo Preeklamsi dalam meningkatkan kompetensi PCo bidan, meningkatkan kinerja bidan dan menurunkan insiden preeklamsi namun perlu dinilai kembali dalam kurun waktu satu tahun baik pada kelompok kontrol maupun intervensi. Pada Studi Dua belum melihat efektifitas model kinerja bidan yang telah dirumuskan terhadap penurunan insiden preeklamsi. Oleh karenanya perlu penelitian lanjutan, salah satunya melakukan uji coba model kinerja bidan yang dihasilkan oleh penelitian ini terkait efektifitasnya dalam penurunan insiden preeklamsi

×
Penulis Utama : Susilo Rini
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T642108006
Tahun : 2024
Judul : Model Kinerja Bidan dalam Upaya Penurunan Insiden Preeklamsi Melalui Pelatihan Postnatal Complementary Care (PCo) di Kabupaten Banyumas
Edisi :
Imprint : Surakarta - Sekolah Pascasarjana - 2024
Program Studi : S-3 Penyuluhan Pembangunan (Promosi Kesehatan)
Kolasi :
Sumber :
Kata Kunci : Model, Kinerja Bidan, Preeclamsia, Pelatihan, Postnatal Complementary Care
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : https://nstproceeding.com/index.php/nuscientech/issue/view/44
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Soetrisno, Sp.OG (K)
2. Prof. Dr. Suminah, MSi
3. Dr. Tri Rejeki Andayani, S.Psi, M.Si
Penguji : 1. Prof. Dr.sc.agr.Ir Adi Ratriyanto, S.Pt, M.P, IPM, ASEAN Eng.
2. Prof. Dr. Munawir Yusuf, M.Si
3. Dr. Melyana Nurul Widyawati, S.SiT, Bdn, M.Kes
Catatan Umum : Link Artikel: https://pharmacia.pensoft.net/article/110572/ https://doi.org/10.3897/pharmacia.70.e110572
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.