Latar Belakang: Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan serius yang ditandai oleh hipertensi dan disfungsi endotel serta berisiko menyebabkan kerusakan organ vital seperti ginjal dan hati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan pengaruh madu hutan Apis dorsata dari Taman Nasional Bukit Barisan, Tanggamus, Lampung, sebagai terapi tambahan pada tikus model preeklampsia.
Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan desain post-test only control group ini melibatkan 42 tikus putih betina bunting yang diinduksi preeklampsia menggunakan L-NAME dan dibagi menjadi 6 kelompok (kontrol normal, negatif, positif, serta tiga kelompok perlakuan). Sampel berupa serum darah vena orbital untuk mengukur kadar Malondialdehyde (MDA), Tumor Necrosis Factor-α (TNF- α), Interleukin-6 (IL-6), Soluble Fms-like Tyrosine Kinase-1 (sFlt-1), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Placental Growth Factor (PlGF), dan Caspase-3 menggunakan teknik ELISA. Analisis Microvessel Density (MVD) menggunakan immunohistochemistry (IHC). Data dianalisis dengan uji One-Way ANOVA dan post hoc Tukey HSD, serta uji Repeated Measure ANOVA dengan signifikansi p < 0>Hasil: Terdapat perbedaan signifikan pada Mean Arterial Pressure (MAP) dan proteinuria pada hari ke-1, 10, dan 17 kehamilan (p < 0>Simpulan: Madu hutan Apis dorsata memiliki potensi sebagai terapi tambahan dalam memperbaiki kondisi preeklampsia melalui mekanisme antioksidan dan antiinflamasi, serta meningkatkan fungsi plasenta dan kesehatan janin. Hasil ini menunjukkan bahwa madu hutan Apis dorsata dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai terapi komplementer dalam manajemen preeklampsia

Kata kunci: Madu Hutan, Apis dorsata, Preeklampsia, ROS, MDA, TNf-α, IL-6, Sflt-1, VEGF, PlGF, Caspase 3, Microvessel Density, Berat Fetus.