Kota Surakarta yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, sedang mengalami perkembangan pesat dari berbagai aspek. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan di kota ini telah memicu peningkatan dalam arus urbanisasi, yang pada gilirannya menyebabkan pertambahan penduduk. Kenaikan jumlah penduduk kota ini telah mengakibatkan peningkatan kepadatan permukiman, eksploitasi sumber daya lingkungan, dan penurunan kualitas permukiman, yang akhirnya berujung pada pembentukan permukiman kumuh. Menurut Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperum KPP) Kota Solo, Taufan Basuki Supardi, hingga akhir tahun 2020, luas kawasan permukiman kumuh yang tersisa adalah sekitar 135,971 hektare. Fenomena perpindahan penduduk dari kawasan kumuh ke Rusunawa memunculkan sejumlah permasalahan, termasuk adanya kecenderungan masyarakat dari kawasan kumuh yang masih membawa kebiasaan lama ketika mereka tinggal di Rusunawa. Masalah ini memerlukan solusi yang dapat mengurangi dampak dari perubahan ini, misalnya dengan membangun fasilitas perumahan yang mempertimbangkan kesejahteraan psikologis individu dan kebutuhan penghuninya untuk mengatasi dampak yang mungkin timbul. Salah satu cara mengatasi permasalahan ini adalah dengan mempertimbangkan kebutuhan penghuni dalam mengurangi tingkat stres dan dampak psikologis melalui pendekatan filosofis dalam perencanaan dan desain bangunan perumahan, yang dikenal sebagai pendekatan fenomenologi.