PERBANDINGAN PRESEPSIN DENGAN KREATININ PADA KEJADIAN ACUTE KIDNEY INJURY PASIEN SEPSIS DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD DR. MOEWARDI

Latar Belakang : Keterlambatan diagnosis AKI pada pasien sepsis menjadi alasan utama tingginya morbiditas dan mortalitas. Diagnosis AKI seringkali mengalami kesulitan karena penyakit ini didiagnosis berdasarkan kreatinin serum dan urine output yang merupakan penanda fungsional dan bukan penanda cedera ginjal Persepsin memiliki nilai prediktor yang baik terhadap tingkat morbiditas dan mortalitas pasien sepsis. Beberapa penelitian melaporkan peningkatan kadar presepsin seiring dengan penurunan fungsi ginjal. Tujuan: Studi ini bertujuan mengetahui perbandingan antara Presepsin dengan Kreatinin untuk digunakan sebagai prediktor dalam membantu menegakkan diagnosa AKI pada pasien sepsis.

Metode: Studi cohort prospective ini menggunakan consecutive sampling pada pasien sepsis di RSUD Dr. Moewardi dari Januari hingga Maret 2024. Kadar kreatinin dan tingkat Presepsin dicatat pada hari pertama saat kecurigaan  terdiagnosa sepsis di IGD dan hari ke-3 di ruang perawatan. Analisis data menggunakan tabel univariat, analisa kurva ROC, serta uji Cox regression untuk Hazard Ratio (HR) pada variabel dengan nilai p < 0>Hasil: Penelitian ini melibatkan 36 pasien sepsis. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada distribusi gender, jumlah leukosit, neutrofil, limfosit, dan NLR (p>0,05). Rerata hasil pengukuran kreatinin di hari ke-0 dan ke-3 menunjukkan angka 2,04±4,79 mg/dL dan 1,92±4,59 mg/dL. Rerata hasil pengukuran persepsin di hari ke-0 dan ke-3 menunjukkan angka 15,77±2,88 ng/L dan 15,71±3,03 ng/L. Peforma kreatinin hari ke-0, ke-3, dan delta kreatinin terhadap outcome AKI pada pasien sepsis, didapatkan nilai AUC dan cut-off optimal secara berurutan yaitu 0,604; p = 0,328 (95% CI; 0,391 - 0,816) dengan cut-off  optimal 1,10 (sensitivitas 75,00% dan spesifistas 67,90%); 0,700; p = 0,059 (95% CI; 0,504 – 0,896) dengan cut-off optimal 1,30 (sensitivitas 87,50% dan spesifistas 85,70%); 0,831; p = 0,002 (95% CI; 0,653 – 1,00) dengan  cut-off optimal 0,05 (sensitivitas 75,00% dan spesifistas 71,40%). Peforma persepsin hari ke-0, ke-3, dan delta persepsin terhadap outcome AKI pada pasien sepsis, didapatkan nilai AUC dan cut-off optimal secara berurutan yaitu 0,549; p = 0,643 (95% CI; 0,337 - 0,762) dengan cut-off  optimal 16,10 (sensitivitas 55,00% dan spesifistas 48,00%); 0,632; p = 0,204 (95% CI; 0,430 - 0,839) dengan cut-off optimal 16,10 (sensitivitas 72,70% dan spesifistas 64,00%); 0,816; p = 0,003 (95% CI; 0,638 - 0,995) dengan  cut-off optimal 0,20 (sensitivitas 72,70% dan spesifistas 80,00%). Analisis
bivariat menunjukkan kreatinin (HR=20,125; p=0.002) dan persepsin (HR=14,250; p=0,004) berhubungan signifikan dengan kejadian AKI pada pasien sepsis. Analisis multivariat mengonfirmasi hubungan signifikan antara nilai kreatinin (HR=8,691; p=0.042) dengan kejadian AKI pada pasien sepsis 

Kesimpulan: Hasil studi ini menunjuukan bahwa nilai kreatinin dan persepsin berpotensi untuk dijadaikan sebagai faktor prediktor terjadinya AKI pada pasien sepsis dengan kreatinin memiliki peforma yang lebih baik dibanding persepsin. Peningkatan kreatinin menjadi faktor prediktor independen terjadinya AKI pada pasien sepsis.