Industri kopi di Indonesia menempati peringkat kedua terbesar di kawasan Asia Pasifik setelah Vietnam, yang menegaskan posisinya sebagai salah satu eksportir kopi terkemuka secara global. Data dari BPS tahun 2020 menyoroti kontribusi kopi terhadap sektor perkebunan, menempati posisi keempat setelah kelapa sawit, karet, dan kakao, dengan rata-rata 11,83% selama 9 tahun terakhir(Saputera, 2021). Selain memenuhi permintaan internasional, kopi juga menunjukkan potensi untuk peningkatan konsumsi domestik. Masyarakat Indonesia telah lama mengadopsi kopi sebagai minuman harian, berakar dari kebiasaan orang Belanda pada zaman kolonial, yang berkembang menjadi minuman lokal yang disukai.

Dengan meningkatnya keterhubungan Indonesia dengan tren global, kopi tidak lagi hanya dinikmati oleh kalangan tua tetapi juga telah menjadi pilihan gaya hidup bagi masyarakat perkotaan dan modern yang terus berkembang. Para urbanis, yang dikenal dengan gaya hidup sibuk mereka, sering menganggap kopi sebagai sumber energi penting untuk meningkatkan produktivitas. Data statistik menunjukkan tingkat konsumsi kopi sebesar 6,38% di antara rumah tangga Indonesia (As’ad & Aji, 2020). Pertumbuhan signifikan ini dalam industri kopi membuka peluang bisnis yang menjanjikan, menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor ini (Cen & Faisal, 2021).

Tingginya tingkat produksi dan minat yang meluas terhadap kopi telah membuka banyak peluang bisnis di industri ini. Hal ini mengakibatkan munculnya banyak kedai kopi, yang tidak hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi tetapi juga sebagai pusat untuk bekerja, bersosialisasi, dan mendapatkan inspirasi kreatif. Lonjakan popularitas kedai kopi menuntut inovasi berkelanjutan dalam variasi menu, fasilitas, dekorasi, desain interior, dan pelayanan agar tetap eksis di tengah persaingan ketat, seperti yang ditunjukkan oleh MURACO.