×
Pendidikan luar biasa di Indonesia telah menjadi perhatian penting sejak dahulu, sejalan dengan upaya pemerintah dalam menjamin hak pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Pendidikan luar biasa memegang peran signifikan dalam menciptakan sistem pendidikan yang inklusif, di mana setiap anak—tanpa terkecuali—memiliki kesempatan untuk belajar, berkembang, dan berpartisipasi aktif di dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan bagi semua masyarakatnya. Berkembangnya kota ini sebagai kota inklusif merupakan salah satu buktinya. Penyediaan fasilitas bagi penyandang disabilitas menjadi upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan kota Surakarta sebagai kota yang inklusif. Pendidikan inklusif dapat menjadi salah satu upaya kota Surakarta mencapai tujuannya sebagai kota yang inklusif. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Surakarta, terdapat total 17 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang melayani anak-anak dengan kebutuhan khusus. Akan tetapi, sebagian besar masih berstatus akreditasi B dan C. Bahkan, terdapat 9 sekolah yang belum terakreditasi. Hanya ada satu sekolah luar biasa yang memiliki akreditasi A. Berdasarkan data tersebut, pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Surakarta perlu diperhatikan dengan lebih baik. Salah satu upayanya adalah dengan penyediaan fasilitas pendidikan yang memenuhi standar kenyamanan dan keamanan pendidikan luar biasa. Sekolah Luar Biasa (SLB) kategori A, B, dan C memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti tunanetra (kategori A), tunarungu (kategori B), dan tunagrahita (kategori C). Dalam upaya memaksimalkan fasilitas pendidikan yang dapat memberikan kenyamanan bagi siswa berkebutuhan khusus, dibutuhkan strategi utama yang memperhatikan elemen-elemen yang memaksimalkan indera yang dimiliki oleh para siswa. Elemen-elemen tersebut antara lain pencahayaan alami yang lembut, akustik ruang yang terkontrol, tekstur material yang ramah indera, serta integrasi elemen alam untuk menciptakan lingkungan yang menenangkan dan merangsang. Arsitektur multisensori merupakan konsep arsitektur yang memperhitungkan stimulasi inderawi untuk menciptakan ruang yang mendukung kebutuhan sensorik anak-anak dengan hambatan intelektual dan autisme. Pendekatan ini relevan karena anak-anak dengan kebutuhan khusus, terutama penyandang autisme, cenderung memiliki sensitivitas sensorik yang berbeda-beda, seperti hiper- atau hipo-sensitivitas terhadap cahaya, suara, sentuhan, dan tekstur.