Purwaceng (Pimpinella pruatjan Molk.) merupakan tanaman berkhasiat obat yang tumbuh endemik di dataran tinggi Dieng, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui biaya, penerimaan, keuntungan, dan kelayakan usahatani, status keberlanjutan, dan strategi pengembangan usahatani purwaceng di dataran tinggi Dieng. Penelitian menggunakan metode survei. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi, dan diskusi kelompok terfokus (FGD).  Responden adalah petani pembudidaya purwaceng di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo serta Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Sampel responden ditetapkan secara purposive sampling. Data usahatani, meliputi luas lahan, komponen sarana produksi seperti pupuk, benih, tenaga kerja, tingkat harga yang berlaku setempat, hasil panen beserta harga jualnya. Keberlanjutan usahatani diukur menggunakan atribut dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.  Strategi pengembangan usahatani disusun berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usahatani purwaceng. Analisis usahatani dilakukan berupa analisis biaya, analisis penerimaan, analisis keuntungan, dan analisis kelayakan usahatani.  Analisis keberlanjutan usahatani purwaceng menggunakan pendekatan multidimensional scaling (MDS). Keberlanjutan usahatani purwaceng dianalisis dengan menggunakan metode Rapid Assessment Techniques for Fisheris (Rapfish). Analisis sensitivitas (leverage) dalam MDS digunakan untuk mengetahui indikator kunci. Analisis SWOT digunakan untuk menyusun strategi pengembangan usahatani purwaceng.  Penilaian terhadap faktor internal (IFE) dan eksternal (EFE) menggunakan skor yang diperoleh dari perkalian nilai bobot dengan rating. Matriks strategi yang diperoleh berdasarkan faktor SO dan ST (IFAS), WO dan WT (EFAS) dipetakan ke dalam matriks grand strategy. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan luas lahan rata-rata 1.769 m2  per musim tanam (MT), biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 8.013.100,00 dengan penerimaan sebesar Rp 53.401.500,00, keuntungan sebesar Rp 45.388.400,00, dan nilai R/C ratio usahatani purwaceng sebesar 7,85 sehingga usahatani purwaceng di dataran tinggi Dieng efisien dan layak untuk diusahakan. Hasil analisis keberlanjutan berdasarkan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan memperoleh rata-rata skor sebesar 36,40 yang menunjukkan bahwa usahatani purwaceng di dataran tinggi Dieng tergolong kurang berkelanjutan. Strategi pengembangan usahatani purwaceng di dataran tinggi Dieng dapat memfokuskan pada strategi SO (Strength-Opportunity) dengan mendukung strategi agresif, yang meliputi pemasaran purwaceng melalui media digital, pendaftaran legalitas produk olahan purwaceng, peningkatan kuantitas dan kontinuitas hasil tanaman purwaceng, serta pembuatan rumah purwaceng.