×
Latar Belakang: Diabetes melitus adalah penyakit sistem metabolic yang ditandai
dengan kondisi hiperglikemi. Menurut International Diabetes Federation (IDF),
jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 19,5 juta jiwa dan
komplikasi terbanyak pada penderita DM adalah neuropati. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penderita neuropati diabetik
dengan instrument MNSI dan mengetahui korelasi kejadian neuropati diabetik
dengan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain penelitian
cross-sectional serta dilakukan dengan metode kuantitatif. Data yang digunakan
yaitu berupa data primer (skor MNSI) dan data sekunder (kadar HbA1c) dari pasien
DM tipe 2 di RS UNS.
Hasil: Berdasarkan hasil MNSI, sebanyak 38,1% (n = 16) dari total subjek terbukti
menderita neuropati diabetik dan 93,75% diantaranya memiliki kadar HbA1c di
atas 7%. Namun, uji korelasi kejadian neuropati diabetik (MNSI A) dengan kadar
HbA1c 12 bulan menghasilkan p value 0,115 (>0,05) dan kadar HbA1c 3 bulan
menunjukkan p value 0,582 (>0,05). Uji korelasi kejadian neuropati diabetik
(MNSI B) dengan kadar HbA1c 12 bulan menghasilkan p value 0,115 (>0,05) dan
kadar HbA1c 3 bulan menunjukkan p value 0,331 (>0,05). Uji komparatif
prevalensi neuropati diabetik (MNSI A) dengan HbA1c terkontrol dan tidak
terkontrol pada kadar HbA1c 12 bulan menghasilkan p value 0,517 (>0,05) dan
pada kadar HbA1c 3 bulan 0,582 (>0,05). Uji komparatif prevalensi neuropati
diabetik (MNSI B) dengan HbA1c terkontrol dan tidak terkontrol pada kadar
HbA1c 12 bulan menghasilkan p value 0,115 (>0,05) dan pada kadar HbA1c 3
bulan 0,331 (>0,05). Uji ROC menunjukkan bahwa cut off baru HbA1c sebagai alat
ukur penilaian risiko neuropati diabetik didapatkan nilai HbA1c baru sebesar 10% dan 8,85%.
Simpulan: Sebagian besar subjek dengan neuropati diabetik memiliki kadar
HbA1c tidak terkontrol. Namun, penelitian ini menunjukkan tidak ada korelasi
antara kejadian neuropati diabetik dengan kadar HbA1c