Kabupaten Sragen merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana banjir. Kerentanan tersebut diperburuk dengan keberadaan Sungai Bengawan Solo yang seringkali meluap, sehingga menjadi sebuah ancaman dan meningkatkan skala kerentanan di Wilayah Kabupaten Sragen. Kekhawatiran terhadap kerentanan di Kabupaten ini juga dipicu dengan fungsi strategisnya sebagai lumbung pangan nasional dan kawasan limpahan permukiman hinterland Kota Surakarta. Penelitian ini berfokus pada pemetaan tingkat kerentanan dari aspek fisik dengan pendekatan dari IPCC (2001) pada komponen keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptasi serta pemetaan kesesuaiannya dengan rencana pola ruang Kabupaten Sragen 2011-2031 revisi 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis skoring dan overlay pada penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Sragen memiliki tingkat kerentanan fisik terhadap banjir yang sedang dengan luas 607,78 km², diikuti oleh wilayah dengan tingkat kerentanan rendah seluas 355,70 km². Sementara itu, wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi mencakup 9,96 km², yang terkonsentrasi di sekitar Sungai Bengawan Solo, terutama di perbatasan Kecamatan Jenar dan Sumberlawang, dengan cakupan terbesar di Desa Mlale. Analisis kesesuaian dengan rencana pola ruang menunjukkan bahwa hanya 0,6?ri total wilayah, atau sekitar 5,95 km², yang terdiri atas kawasan permukiman perkotaan, permukiman pedesaan, dan kawasan tanaman pangan, berada pada tingkat kerentanan tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi yang berfokus pada penurunan keterpaparan dan sensitivitas serta peningkatan kapasitas adaptasi, termasuk penerapan teknologi, guna mengurangi kerentanan fisik bencana banjir di Kabupaten Sragen.