×<p class="MsoBodyText" xss="removed"><span lang="id">Munculnya revolusi industri 4.0 mengharuskan penggunaan teknologi secara maksimal. Manusia sebagai bagian dari masyarakat dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi yang pesat. Perubahan teknologi informasi ini tentu saja mempengaruhi berbagai aspek kehidupan salah satunya aspek Agama. Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton sebagai salah satu gereja Kristen Protestan di Kota Surakarta juga mulai mengembangkan pelayanan gereja ke arah digital, dengan membangun <i>Production House </i>milik gereja bernama Tifara yang kedepannya akan fokus melayani jemaat lewat karya-karya audiovisualnya. Rumah produksi ini sekaligus akan menjadi wadah pelayanan bagi jemaat yang memiliki potensi di bidang industri kreatif.<o></o></span></p><p class="MsoBodyText" xss="removed"><span lang="id">Untuk meneliti lebih dalam bagaimana proses penyebaran dan penerimaan inovasi serta evaluasinya, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan menjabarkan hasil analisis data secara deskriptif. Dalam proses penelitiannya data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.<o></o></span></p><p class="MsoBodyText" xss="removed"><span lang="id">Teori<span xss="removed"> </span>yang<span xss="removed"> </span>digunakan<span xss="removed"> </span>dalam<span xss="removed"> </span>penelitian<span xss="removed"> </span>ini<span xss="removed"> </span>adalah<span xss="removed"> </span>Teori<span xss="removed"> </span>Difusi<span xss="removed"> </span>Inovasi<span xss="removed"> </span>oleh Everret M. Rogers. Teori ini menjelaskan bahwa dalam sebuah proses difusi inovasi akan mengalami 5 (lima) tahapan, yaitu (a) pengetahuan; (b) persuasi;<o></o></span></p><p class="MsoBodyText" xss="removed"><span lang="id">(c) keputusan; (d) implementasi; dan (e) konfirmasi. Dengan begitu peneliti memilih Gembala Sidang GBIS Kepunton, pengurus Tifara, staff gereja dan jemaat GBIS Kepunton yang menjadi informan dalam penelitian ini.<o></o></span></p><p></p><p class="MsoBodyText" xss="removed"><span lang="id">Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses difusi inovasi Tifara <i>Production House</i>, pemimpin inovasi dan badan pengurus Tifara menjaring jemaat menggunakan strategi dan pendekatan <i>Word of Mouth </i>- Homofili. Dan dilihat dari kecepatan jemaat dalam mengadopsi inovasi, dapat diklasifikasikan dalam<span xss="removed"> </span>3<span xss="removed"> </span>golongan<span xss="removed"> </span>yaitu<span xss="removed"> </span><i>innovators,<span xss="removed"> </span>early<span xss="removed"> </span>adopter<span xss="removed"> </span>dan<span xss="removed"> </span>early<span xss="removed"> </span>majority.<span xss="removed"> </span></i>Kemudian pengurus Tifara <i>Production </i>perlu melakukan evaluasi pada jumlah dan kualitas Sumber<span xss="removed"> </span>Daya<span xss="removed"> </span>Manusia,<span xss="removed"> </span>dana,<span xss="removed"> </span>serta<span xss="removed"> </span>fasilitas<span xss="removed"> </span>alat<span xss="removed"> </span>yang<span xss="removed"> </span>disediakan<span xss="removed"> </span>untuk<span xss="removed"> </span>melayani. Dengan begitu, harapannya Tifara <i>Production </i>dapat lebih maksimal dalam mewadahi<span xss="removed"> </span>potensi<span xss="removed"> </span>jemaat,<span xss="removed"> </span>dapat<span xss="removed"> </span>menjadi<span xss="removed"> </span>tempat<span xss="removed"> </span>pelayanan<span xss="removed"> </span>yang<span xss="removed"> </span>baik<span xss="removed"> </span>dan<span xss="removed"> </span>karya- karya yang dihasilkan dapat memberkati lebih banyak orang.</span></p>
×
Penulis Utama
:
Sheila Agathea Nataline Setyawan
Penulis Tambahan
:
-
NIM / NIP
:
D0220087
Tahun
:
2025
Judul
:
GEREJA DAN INOVASI PENGEMBANGAN POTENSI KREATIF
Edisi
:
Imprint
:
Surakarta - Fak. ISIP - 2025
Program Studi
:
S-1 Ilmu Komunikasi
Kolasi
:
Sumber
:
Kata Kunci
:
Gereja; Difusi Inovasi; Production House; Adopsi; Pelayanan
