Warna sebagai salah satu unsur desain, telah terbukti menjadi faktor
penting dalam menciptakan desain interior yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa warna dapat
mempengaruhi manusia dalam berbagai aspek, baik dari segi psikologis,
fisiologis, maupun interaksi antara keduanya. Dari segi psikologis, warna
dapat mempengaruhi suasana hati (Mulyati, 2022;Crane et al., 2008),
meningkatkan nafsu makan (Wang, 2021), serta memicu semangat dan
motivasi, bahkan dapat menstimulasi emosi yang kuat (Laili, 2023). Selain itu,
warna merah telah terbukti dapat menurunkan kinerja dalam tes kecerdasan
dibandingkan dengan warna biru (Mehta & Zhu, 2009). Dari perspektif respon
tubuh (fisik), warna juga dapat mempengaruhi kinerja fisik dan kekuatan otot
dalam konteks kompetitif (Hill & Barton, 2005;Guéguen & Jacob, 2012;Bruno
et al., 2013; Jiang et al., 2011). Pengaruh warna terhadap fisiologis manusia
termasuk dalam peningkatan denyut jantung dan laju pernapasan (Lituhayu,
2012). Lebih lanjut, warna dapat mempengaruhi psikologis manusia yang
dapat memicu respons fisiologis, seperti peningkatan agresivitas, serta memicu
emosi yang berujung pada peningkatan detak jantung dan laju pernapasan
(Lituhayu, 2012). Pemilihan warna yang tepat dari lingkungan sebuah kegiatan
tertentu dapat menciptakan tujuan yang diharapkan dari kegiatan tersebut.
Dalam desain ruang olahraga, seperti gym, elemen interior memainkan
peran yang tidak kalah penting dibandingkan dengan peralatan yang tersedia
untuk menstimulasi dan mendukung motivasi dan semangat atlet. Fasilitas
yang dirancang dengan baik di pusat rehabilitasi cedera olahraga juga
menunjukkan bahwa lingkungan fisik seperti interior dapat mempengaruhi
proses pemulihan dan kinerja atlet (Pramudya, C. W. 2022). Elliot et al., (2011)
menemukan bahwa warna merah dapat meningkatkan keluaran kekuatan dan
kecepatan pada tugas motorik dasar. Payen et al., (2011) juga melakukan
eksperimen di mana partisipan diminta melakukan kontraksi otot maksimal
sambil melihat warna merah, warna kromatik lainnya, dan warna akromatik
2
sebagai kontrol. Gym dipilih karena fungsinya sebagai ruang yang dekat
dengan aktivitas fisik dan olahraga, di mana semangat serta motivasi menjadi
hal yang penting bagi performa atlet mahasiswa. Menurut penelitian Jannah et
al., (2021), penerapan konsep desain yang memperhatikan kenyamanan dan
aksesibilitas dapat meningkatkan suasana latihan dan mendukung kebutuhan
psikologis atlet. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan elemen desain,
termasuk warna, sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi aktivitas fisik.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
fisik adalah Handgrip strength (HGS). HGS mencerminkan kapasitas
kekuatan otot tangan dan sering digunakan sebagai parameter kinerja fisik
dalam berbagai penelitian (Payen et al., 2011). Faktor lingkungan seperti
penggunaan warna merah dalam desain interior gym dapat berkontribusi
signifikan terhadap peningkatan HGS, karena warna merah dikenal sebagai
warna yang dapat meningkatkan motivasi dan kekuatan otot. Penelitian
menunjukkan bahwa warna merah dapat memicu respons fisiologis yang
meningkatkan energi dan fokus, sehingga mendukung kinerja fisik
(Muhliansyah et al., 2015). Dengan demikian, penelitian tentang pengaruh
warna terhadap HGS dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang bagaimana elemen desain interior memengaruhi kinerja fisik
pengguna.
Setiap individu atlet menunjukkan persepsi warna yang berbeda-beda,
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, pengalaman pribadi, dan
asosiasi emosional yang bersifat subjektif. Respons terhadap warna dapat
bervariasi secara signifikan antar individu, mengingat adanya perbedaan dalam
kenangan, persepsi dan konteks historis yang dimiliki setiap atlet. Pada
penelitian Binboga et al., (2019) dalam penerapan penelitiannya menggunakan
manipulasi persepsi dengan memberikan instruksi kepada partisipan yang
mengaitkan warna tertentu meningkatkan atau mengurangi kekuatan.
Penelitian Smith et al., (1986) memberikan instruksi kepada partisipan secara
spesifik seperti “pink weaken” atau “pink strengthen”. Oleh karena itu,
manipulasi persepsi warna dapat digunakan secara strategis dan efisien untuk
mempengaruhi kondisi mental dan emosional atlet, yang pada akhirnya dapat
berpengaruh pada performa dan hasil yang diperoleh dalam lingkungan kompetitif. Manipulasi ini merujuk pada situasi di mana partisipan dalam suatu
penelitian dapat menebak tujuan atau hipotesis dari eksperimen yang sedang
dilakukan, yang dapat memengaruhi perilaku mereka dan hasil penelitian.
Penggunaan manipulasi persepsi ini akan sangat penting karena dapat
meningkatkan validitas internal dalam penelitian. Harapannya, dengan
menggunakan manipulation demand characteristic, peneliti dapat
memperoleh data yang lebih valid dan dapat diandalkan, yang pada gilirannya
dapat memberikan wawasan yang lebih baik. Dengan cara ini, peneliti dapat
lebih akurat mengukur efek warna pada kinerja fisik tanpa adanya pengaruh
dari ekspektasi partisipan.
Hue, value, dan chroma adalah fokus diskusi yang penting dalam
pembicaraan warna pada interior. Ketiga elemen ini merupakan karakteristik
dasar yang menentukan persepsi warna dan dapat memengaruhi respons
psikologis serta fisiologis individu (Ou et al., 2011). Hue merujuk pada warna
dasar yang terlihat, seperti merah, biru, atau hijau, dan memainkan peran kunci
dalam menciptakan suasana tertentu. Value mengacu pada tingkat kecerahan
atau kegelapan warna, yang dapat memengaruhi bagaimana warna tersebut
diterima secara emosional. Chroma menggambarkan intensitas atau kejenuhan
warna, yang dapat memberikan dampak visual yang kuat pada persepsi dan
pengalaman pengguna. Hue dan chroma adalah dua konsep penting dalam teori
warna yang memiliki implikasi signifikan dalam desain interior, termasuk
penggunaan warna merah. Penelitian oleh Ou et al., (2011) menunjukkan
bahwa faktor-faktor seperti hue, chroma, dan value berkontribusi pada
harmoni warna, yang penting dalam menciptakan desain yang estetis dan
fungsional. Selain itu, studi oleh Centore (2011) menekankan bahwa sistem
warna Munsell mengklasifikasikan warna berdasarkan ketiga karakteristik ini,
yang memungkinkan peneliti untuk secara objektif mendeskripsikan dan
membandingkan warna dalam konteks yang lebih luas. Dengan memahami dan
memanipulasi hue, value, dan chroma, peneliti dapat menciptakan lingkungan
yang lebih kondusif untuk meningkatkan kinerja fisik dan psikologis, terutama
dalam konteks desain interior yang berfokus pada pengalaman pengguna.
Dengan memahami hubungan antara karakteristik warna ini, desain interior
dapat dioptimalkan untuk mendukung performa pengguna secara maksimal.
4
Psikologi dan fisiologi memiliki makna yang lebih beragam, karena
keduanya tidak hanya mencakup respons emosional dan fisik terhadap
rangsangan, tetapi juga memperhitungkan bagaimana faktor-faktor tersebut
saling berinteraksi dan memengaruhi kinerja individu. Sebagai contoh, dalam
penelitian yang dilakukan oleh Mehta & Zhu (2009), warna hue seperti merah
dan biru menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap kinerja kognitif.
Warna merah, yang sering diasosiasikan dengan kewaspadaan, terbukti
meningkatkan perhatian terhadap detail dalam tugas yang memerlukan fokus
tinggi, sementara warna biru, yang memiliki efek menenangkan, justru
meningkatkan kinerja pada tugas kreatif. Hal ini menggambarkan bagaimana
perbedaan dalam hue dapat memengaruhi baik aspek psikologis maupun
fisiologis, seperti tingkat stres, detak jantung, dan konsentrasi. Warna merah
dan warna biru sebagai tempat eksperimen untuk melihat pengaruhnya
terhadap peningkatan antusiasme motorik. Sebagai pembanding dalam
penelitian ini, warna biru dipilih karena sifatnya yang kontras dengan warna
merah dari sudut pandang psikologi warna. Warna biru sering dikaitkan
dengan ketenangan, stabilitas, dan relaksasi, sehingga dianggap mampu
menciptakan suasana yang kondusif untuk fokus dan konsentrasi (Elliot et al.,
2011). Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa warna biru memiliki
efek yang lebih menenangkan dibandingkan dengan warna merah. Dengan
demikian, pemilihan warna biru sebagai pembanding memberikan peluang
untuk memahami lebih jauh pengaruh warna dengan karakteristik yang
berbeda terhadap kinerja fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan warna merah dengan warna
biru dan putih sebagai warna kontrol yang paling efektif dalam menciptakan
respons HGS pada manusia dan mengidentifikasi rekomendasi pemilihan
warna pada ruang terhadap respons HGS atlet. Dengan menggunakan
teknologi eksperimen berbasis Virtual Reality (VR), penelitian ini akan
membandingkan warna merah, biru dan putih dalam konteks desain interior
gym, yang merupakan lingkungan yang relevan untuk aktivitas fisik terhadap
HGS atlet. Pemberian manipulasi persepsi dapat menghasilkan keseragaman
persepsi yang akan meningkatkan validitas data. Melalui analisis mendalam
terhadap efek psikologis dan fisiologis dari hue dan chroma warna, diharapkan
dapat ditemukan hubungan yang signifikan antara penggunaan warna tertentu
5
dan peningkatan kekuatan otot, seperti yang diukur melalui handgrip strength
(HGS) para atlet. Manfaat dari penelitian ini tidak hanya memberikan wawasan
baru tentang pengaruh warna dalam desain interior terhadap performa fisik,
tetapi juga memberikan rekomendasi praktis bagi desainer interior dan pelatih
olahraga untuk menciptakan ruang yang mendukung kesehatan dan kebugaran
pengguna. Penelitian ini berpotensi memperkaya pemahaman tentang interaksi
antara warna, lingkungan, dan performa fisik, serta membuka jalan bagi studi
lebih lanjut mengenai peran desain interior dalam meningkatkan kualitas hidup
individu.