Analisis Pengaruh Instrumen Green Financing Terhadap Risiko Kredit Pada Perbankan Di 5 Negara ASEAN
Penulis Utama
:
Ghaitsa Widiyastani
NIM / NIP
:
F0121101
×<p class="MsoNormal" xss=removed><a name="_Hlk188457405"><span lang="IN" xss=removed>ASEAN merupakan organisasi negara- negara
di Asia Tenggara yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi terbesar ke tujuh di
dunia. Sejak dibentuknya Perjanjian Paris, negara- negara ASEAN mulai
mengadopsi keuangan hijau sebagai salah satu upaya mengurangi dampak perubahan
iklim yang mengancam pertumbuhan ekonomi di wilayah Asia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh instrumen <i>green financing</i> terhadap
risiko kredit perbankan di kawasan ASEAN-5. Penelitian ini mengacu pada studi
empiris seperti Cui et al., (2018) dan Yin et al., (2021). Metode penelitian
yang digunakan adalah analisis statistik dan data panel dengan <i>estimasi Generalized
Method Of Moment </i>(GMM) untuk mengelola data panel yang dikumpulkan dari
instansi perbankan di 5 negara ASEAN pada periode waktu 5 tahun (2019 – 2023).
Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan instrumen <i>green financing</i>
berupa kredit hijau memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap risiko
kredit perbankan di 5 negara ASEAN. Temuan ini mengindikasikan bahwa kebijakan
pemerintah yang mewajibkan sektor perbankan untuk mengadopsi konsep keuangan
hijau tidak menjadi hambatan dalam
pengelolaan risiko kredit mereka. Dengan demikian, pemerintah dan bank dapat
lebih aktif dalam menerapkan konsep keuangan hijau guna mendukung pertumbuhan
ekonomi yang memperhatikan aspek lingkungan.</span></a><span lang="IN" xss=removed><o></o></span></p>
×
Penulis Utama
:
Ghaitsa Widiyastani
Penulis Tambahan
:
-
NIM / NIP
:
F0121101
Tahun
:
2025
Judul
:
Analisis Pengaruh Instrumen Green Financing Terhadap Risiko Kredit Pada Perbankan Di 5 Negara ASEAN
Edisi
:
Imprint
:
Surakarta - Fak. Ekonomi dan Bisnis - 2025
Program Studi
:
S-1 Ekonomi Pembangunan
Kolasi
:
Sumber
:
Kata Kunci
:
Kata kunci: green financing, risiko kredit, perbankan, pertumbuhan ekonomi hijau