Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Produksi melon di Indonesia tergolong rendah yaitu 0,497?ri total produksi buah. Produksi melon dapat ditingkatkan dengan memenuhi kebutuhan unsur hara melalui pemupukan. Tanah Entisol diketahui memiliki kandungan N, P, dan K yang rendah dan tidak tersedia bagi tanaman sehingga diperlukan peran mikroorganisme tanah untuk membantu menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Biofilm biofertilizer merupakan pupuk cair mengandung mikroorganisme fungsional yang dapat membentuk lapisan tipis mikroba yang mampu menyediakan unsur hara tanaman yang lebih baik. Biofilm biofertilizer dapat dijadikan alternatif pemupukan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang menyebabkan penurunan keamanan pangan dan kelestarian sumber daya lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh formula inokulum biofilm biofertilizer dan mengidentifikasi formula inokulum biofilm biofertilizer dengan potensi tertinggi dalam meningkatkan ketersediaan dan serapan fosfor (P) serta hasil melon pada tanah Entisol.

Tahap pertama penelitian dilakukan eksplorasi dan formulasi biofilm biofertilizer di Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Tahap ini diawali dengan mengambil sampel tanah rizosfer melon di tiga lokasi berbeda yaitu Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Karanganyar. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode simple random sampling kemudian dilakukan isolasi dan purifikasi isolat bakteri dan jamur. Pemilihan 3 isolat yang berpotensi paling tinggi sebagai inokulum biofilm biofertilizer berdasarkan kemampuan fungsional isolat (menambat N, melarutkan P dan K), menghasilkan growth factor (Indole Acetic Acid/IAA), dan membentuk biofilm. Tahap kedua yaitu percobaan rumah kaca yang dilakukan di rumah kaca A, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 9 perlakuan 3 kali ulangan menggunakan pot percobaan. Formula biofilm biofertilizer yang digunakan sebagai perlakuan yaitu F0-: tanpa pupuk NPK rekomendasi dan tanpa biofilm biofertilizer; F0+: pupuk NPK rekomendasi tanpa biofilm biofertilizer; F1: isolat BK 1; F2: isolat BS 1A; F3: isolat JW 2B; F4: isolat BK 1 + BS 1A; F5: isolat BK 1 + JW 2B; F6: isolat BS 1A + JW 2B; dan F7: isolat BK 1 + BS 1A + JW 2B. Variabel yang dianalisis dan diamati meliputi P total, P tersedia, serapan P, bobot buah, dan kadar gula buah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95?n apabila terdapat pengaruh yang nyata dilakukan uji lanjut berupa Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) antar perlakuan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biofilm biofertilizer meningkatkan ketersediaan P tanah Entisol 14,2% dibandingkan pemupukan NPK dan meningkatkan serapan fosfor (P) tanaman melon 40,8% dibandingkan kontrol (tanpa pemupukan NPK dan tanpa biofilm biofertilizer). Biofilm biofertilizer meningkatkan bobot buah melon hingga 17,9% dibandingkan kontrol (tanpa pemupukan NPK dan tanpa biofilm biofertilizer). Formula inokulum biofilm biofertilizer yang memiliki potensi tertinggi dalam meningkatkan ketersediaan dan serapan fosfor (P) serta hasil melon (Cucumis melo L.) pada tanah Entisol yaitu formula F1 (isolat BK 1). Biofilm biofertilizer dapat dikombinasikan dengan dosis pupuk anorganik untuk meningkatkan hasil melon dan mengurangi pemupukan anorganik sehingga diharapkan para petani khususnya petani melon dapat mulai beralih ke pertanian organik untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan.