<!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false EN-US JA X-NONE </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:8.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:107%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-ansi-language:EN-US; mso-fareast-language:EN-US;} </style> <![endif]-->

Keterampilan berpikir kritis merupakan kompetensi inti abad ke-21 yang diakui oleh OECD sebagai kunci untuk menghadapi tantangan global tahun 2030. Namun, upaya meningkatkan keterampilan ini masih menjadi tantangan besar dunia pendidikan. Pada pembelajaran IPA, berpikir kritis berperan penting untuk memahami konsep dan menyelesaikan masalah kompleks. Oleh karena itu, inovasi pembelajaran yang efektif untuk menguatkan keterampilan ini sangat diperlukan. Penelitian bertujuan untuk (1) mengembangkan desain model Integrative Cooperative Problem Based Learning (InCo-PBL), (2) menguji kelayakan model InCo-PBL, (3) menguji kepraktisan model InCo-PBL, dan (4) menguji efektivitas model InCo-PBL dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Penelitian ini menggunakan Design Based Research (DBR) dari Amiel & Reeves (2008), dengan melibatkan peserta didik SMP di Kabupaten Bantul yang mencakup empat kecamatan (Sedayu, Pandak, Banguntapan, Bantul). Model InCo-PBL dikembangkan dengan mengacu pada Joyce et al. (2009) dan telah divalidasi oleh tujuh ahli melalui forum FGD. Hasil validasi menunjukkan model ini memenuhi kriteria kelayakan dengan nilai Content Validity Ratio (CVR) sebesar 1, melampaui nilai cutoff 0,99. Instrumen pengukuran keterampilan berpikir kritis telah teruji validitas dan reliabilitasnya (nilai loading factor di atas 0,70) melalui uji empiris yang melibatkan 445 responden. Analisis data meliputi validitas isi, reliabilitas hasil rating, dan pengujian empiris perangkat tes menggunakan Rasch model. Kepraktisan model dinilai melalui angket yang diisi oleh guru IPA, sedangkan efektivitas model diuji menggunakan kuasi eksperimen dengan analisis varians (ANOVA) dua jalur, dilanjutkan dengan uji effect size (Cohen’s d) dan uji N-Gain.

Desain model InCo-PBL terdiri dari enam sintaks: (1) orientasi pada masalah, (2) pembentukan kelompok ahli, (3) diskusi Jigsaw, (4) investigasi, (5) presentasi hasil, dan (6) evaluasi. Hasil penilaian guru menunjukkan bahwa model ini memenuhi kriteria kepraktisan dengan tingkat keterlaksanaan lebih dari 75%. Model InCo-PBL juga terbukti efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada materi sistem peredaran darah manusia. Di sekolah dengan kategori tinggi, skor rata-rata mencapai 90,34, yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan model PBL (selisih 8,84, p = 0,007, effect size = 1,073) dan model DL (selisih 11,06, p = 0,000, effect size = 1,178). Nilai N-Gain yang diperoleh sebesar 0,727 termasuk kategori tinggi. Sementara itu, di sekolah dengan kategori rendah, model ini menunjukkan efektivitas dengan N-Gain sebesar 0,670, tergolong kategori sedang. Disimpulkan bahwa model InCo-PBL layak, praktis, dan efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis.