Stigma buruk yang beredar pada masyarakat mengenai mantan narapidana menyebabkan setiap mantan narapidana yang selesai menjalani hukuman harus siap menghadapi berbagai penerimaan masyarakat. Berdasarkan realitas  yang ada, mantan narapidana mengalami marginalisasi dari masyarakat. Padahal sebagai makhluk sosial, mantan narapidana juga perlu untuk dapat bersosialisasi dan memenuhi kebutuhannya. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui stigma yang terbentuk pada mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso, mengetahui sikap mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso mengenai stigma yang terbentuk pada dirinya dan mengetahui Konstruksi sosial atas realitas yang dilakukan mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenolgi dengan setting penelitian di Kota Surakarta. Sumber data dalam penelitian didapatkan dari data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder berasal dari buku, jurnal, dan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, informan ditentukan dengan teknik purposive sampling. Teori konstruksi sosial dari Peter L. Berger dan Luckman dipilih dan digunakan sebagai kacamata sekaligus pisau analisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso mendapatkan stigma negatif dari masyarakat sebagai orang jahat dan nakal, seorang kriminal, orang pemarah, dan orang yang salah jalan. Mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso mengalami perubahan dalam menyikapi stigma yang terbentuk atas dirinya. Awalnya, mereka menyikapi stigma tersebut dengan tetap bersikap buruk. Seiring berjalannya waktu, mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso mengalami perubahan dalam menyikapi stigma yang terbentuk atas dirinya dengan mencoba bersikap baik dikarenakan adanya kesadaran pada dirinya bahwa tindakan yang dilakukan selama ini salah. Sehingga mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso mengonstruksi realitas yang ada mengenai dirinya. Mereka mengonstruksi realitas dengan cara mengeksternalisasi dirinya dengan terus berbuat baik. Beriringan dengan itu, objektivasi masyarakat mengenai mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso mengalami perubahan. Pada akhirnya, mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso, masyarakat, serta pengurus dan anggota Komunitas Ekspreso menginternalisasi mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso sebagai orang yang berjuang atau berdakwah di jalan Allah. Proses ini berlangsung secara stimulan dalam jangka waktu yang lama. Sehingga dapat menghasilkan pemaknaan yang baru bagi mantan narapidana pada Komunitas Ekspreso.