Penulis Utama : Sri Mardina Wati
NIM / NIP : B0421065
×

Larung Sesaji merupakan ritual adat dengan melarung sesaji berupa tumpeng “Gono Bahu” setinggi 1,5 meter ke Telaga Sarangan. Di dalam ritual adat Larung Sesaji terdapat berbagai macam runtutan prosesi yang setiap tindakannya memiliki makna simbolik. Penelitian ini bertujuan, pertama mendeskripsikan latar belakang Larung Sesaji di Telaga Sarangan. Kedua, menjelaskan perkembangan Larung Sesaji di Telaga Sarangan pada tahun 1987-2019. Ketiga, menjelaskan perkembangan Larung Sesaji di Telaga Sarangan pada tahun 2020-2023.

Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yang terdiri dari lima tahapan, yaitu Pemilihan Topik, Pengumpulan Sumber (Heuristik), Kritik Sumber (Verifikasi), Interpretasi dan Historiografi. Penelitian menggunakan data berupa arsip foto-foto dan dokumen yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Sarangan, DISBUDPAR Magetan serta platform online Facebook dan Instagram. Terdapat juga arsip surat kabar sezaman yang diperoleh dari Monumen Pers Nasional, yaitu Koran Memo 13 Oktober 2014, Koran Memo 13 November 2014, Berita Yudha 8 Maret 1990, Berita Yudha 7 April 1992, Berita Yudha 25 Maret 1995 dan Analisa 12 Januari 1997. Selain itu, dilakukan wawancara dengan Ketua Adat Sarangan dan pihak DISBUDPAR Magetan.

Hasil penelitian menunjukkan, pertama, setiap Jumat Pon bulan Ruwah, diadakan Larung Sesaji di Telaga Sarangan untuk menghormati roh leluhur yaitu Syekh Mufdhur (Kyai Pasir) dan Nyai Ramping (Nyai Pasir). Kedua, tahun 1987, Larung Sesaji masih bersifat lokal tanpa intervensi pemerintah, dengan rangkaian penyembelihan kambing kendhit, selamatan di Pulau Sarangan, malam tirakatan di Pundhen Kayuringin, arak-arakan dan larung tumpeng “Gono Bahu”. Tahun 2002, Pemerintah Magetan mengganti nama "Larung Sesaji” menjadi "Gebyar Labuhan Sarangan". Ketiga, pada tahun 2003 hingga 2019, berbagai festival budaya dan hiburan diselenggarakan sebagai bagian Gebyar Labuhan Sarangan. Keempat, akibat pandemi Covid-19, pada tahun 2020 hingga 2022 Larung Sesaji dilakukan terbatas dan tertutup untuk masyarakat Sarangan. 

Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan Larung Sesaji di Telaga Sarangan membawa perubahan fungsi, pada tahun 1987 hanya sebatas ritual adat turun temurun, kemudian berkembang menjadi sarana hiburan, ekonomi, pendidikan, serta upaya untuk mempertahankan tradisi lokal. Perubahan ini mencerminkan proses adaptasi budaya seiring dengan perkembangan zaman. Ritual adat tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dimodifikasi dan dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

×
Penulis Utama : Sri Mardina Wati
Penulis Tambahan : 1. -
2.
NIM / NIP : B0421065
Tahun : 2025
Judul : Dinamika Ritual Adat Larung Sesaji di Telaga Sarangan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Tahun 1987-2023
Edisi :
Imprint : Surakarta - Fak. Ilmu Budaya - 2025
Program Studi : S-1 Ilmu Sejarah
Kolasi :
Sumber :
Kata Kunci : Ritual adat, Larung Sesaji, Telaga Sarangan, Magetan
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dr. Supariadi, M.Hum.
2. Umi Yuliati, S.S., M.Hum.
Penguji : 1. Dr. Yusana Sasanti Dadtun, S.S., M.Hum.
2. Dr. Hayu Adi Darmarastri, S.S., M.Hum.
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Ilmu Budaya
×
Halaman Awal : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Halaman Cover : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB I : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB II : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB III : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB IV : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB V : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
BAB Tambahan : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Daftar Pustaka : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.
Lampiran : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.