×
Produksi rimpang jahe segar (Zingiber
officinale) di Indonesia menempati urutan kelima terbanyak di dunia yakni
mencapai 307,24 ribu ton (BPS, 2021). Tingginya angka produksi tersebut membuat
jahe menjadi salah satu komoditas ekspor yang potensial. Pada tahun 2023,
ekspor jahe segar telah mencapai 6,75 ribu ton tetapi proses pendistribusian
bahan dalam keadaan segar dapat meningkatkan risiko terjadinya kecacatan fisik
akibat benturan dan hantaman maupun kerusakan secara mikrobiologis akibat
kandungan air yang tinggi (85-90%). Maka dilakukan pengeringan rimpang jahe
segar menjadi bentuk bubuk sebagai upaya meminimalisir terjadinya kerusakan
secara fisik dan mikrobiologis, memudahkan proses pendistribusian dan
penggunaan, memperpanjang umur simpan serta menambah nilai jual dengan
menggunakan metode foam-mat drying. Metode ini dilakukan dengan mengubah
bahan cair atau semi cair menjadi bentuk buih guna mempercepat proses
pengeringan sekaligus melindungi senyawa-senyawa kimia dalam bahan menggunakan
penambahan putih telur sebagai foaming agent lalu dikeringkan
menggunakan mesin pengering pada suhu cenderung rendah. Oleh karena itu,
konsentrasi putih telur yang ditambahkan dan suhu atau jenis mesin pengering
yang digunakan dapat mempengaruhi produk bubuk ekstrak jahe merah yang
dihasilkan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor yang terdiri dari enam kombinasi konsentrasi putih telur sebagai foaming
agent (5%, 10%, 15%) dan mesin pengering yang digunakan (freeze dryer
dan cabinet dryer). Hasil analisis menggunakan one way ANOVA
menunjukkan bahwa faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik
(warna Lab*, aktivitas air (Aw), rendemen, kelarutan, waktu larut, bulk
dan tapped density, carr index dan hausner ratio) dan
kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar [6]-gingerol) dari bubuk
ekstrak jahe merah. Uji lanjut dengan DMRT menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi putih telur (10-15%) dan pengeringan menggunakan freeze dryer
menghasilkan sampel dengan nilai lightness (79,42) dan kadar air (6,91%)
tertinggi, serta nilai redness (-1,58), bulk density (0,44 gr/cm3),
dan tapped density (0,67 gr/cm3) terendah. Sementara itu,
pada konsentrasi putih telur yang sama tetapi menggunakan cabinet dryer
menghasilkan sampel dengan nilai yellowness (19,07), rendemen (10,83%),
kelarutan (69,55%) tertinggi dan waktu larut (237 detik) terlama serta nilai carr
index (26,67%), hausner ratio (1,36), kadar abu (4,26 – 4,27%),
kadar lemak (0,48 – 0,49%), dan kadar [6]-gingerol (0,37%) terendah.